REGRET - 12

20.7K 1.4K 28
                                    

***

"Yah, padahal aku ngarepnya dikangenin kamu loh"

Sena yang tadinya berjalan cukup jauh di belakang Devan dan Sera, segera mendekatkan posisi mereka supaya bisa mendengar percakapan kedua karyawannya tersebut. Saat berpapasan dengan beberapa karyawan lain, sengaja ia beri kode supaya mereka tidak mengatakan apapun agar dua orang di depannya ini tidak menyadari keberadaannya.

"Kata Mbak Ti, Mas Devan cuti karena lamaran ya?" senyum Sena mengembang begitu mendengar Sera mengalihkan pembicaraan.

Entahlah kenapa dia harus tertarik dengan percakapan dua orang yang berjalan tidak jauh di depannya ini. Bahkan gilanya, dia sampai ikutan senang mendengar sendiri Sera yang terlihat tidak tertarik dengan gombalan Devan.

Ngomong-ngomong, kenapa Sera memanggil Devan dengan sebutan 'Mas' alih-alih 'Bapak' seperti yang Sera sematkan untuknya?

"Ngarang banget tuh Mbak Ti, Ser! Orang adikku yang lamaran. Cuma sekalian aku pergi liburan, makanya ambil cuti rada lama"

"Tenang Ser, aku masih setia nungguin kamu kok"

Kali ini Sena berdecak melihat Devan dengan santainya menepuk pundak Sera.

Apa-apaan si Devan itu?!

"Kalau gitu aku duluan ya Ser? Mau nemuin bos baru dulu"

"Iya mas"

Buru-buru Sena mengejar langkah Devan setelah melihat Sera berjalan ke arah yang berlawanan. Dan untungnya lift belum sempat tertutup.

"Gue pikir lo udah ada di ruangan, tadinya gue mau kesana"

"Mana ada bos datang lebih awal dari karyawannya" Sena membalas jumawa yang membuat Devan langsung merotasikan bola matanya.

Ngomong-ngomong dia dan Sena merupakan saudara sepupu. Renata--Ibu Sena adalah adik dari ayahnya.

"Mas, lo sama Sera ada hubungan?" mendapati ekspresi bingung Devan, Sena buru-buru menimpali. "Tadi gue liat lo sama Sera ngobrol. Kayaknya kalian cukup dekat" ujarnya sebelum Devan berpikir macam-macam.

Devan tertawa kecil sambil menggelengkan kepala.


"Maunya sih gitu, ada hubungan. Tapi Seranya belum mau" diam-diam Sena bernafas lega.

"Belum ya Sen, bukan nggak mau!" Devan menegaskan sambil terkekeh. Ia tepuk pundak Sena sebelum keluar lift.

"Gue duluan. Ada urusan bentar dan selamat buat pengangkatan lo" yang dibalas Sena dengan anggukkan.

"RANIA!"

Sena setengah berteriak dan ikut keluar lift begitu melihat salah seorang karyawannya. Mengabaikan tatapan bingung Devan yang sempat menolehkan kepala.

"Pagi pak" ia hanya mengangguk begitu Rania menyapanya.

"Maaf pak, ada yang bisa saya bantu?"

"Kamu turun ke lantai satu, minta Sera ke ruangan saya buat bersih-bersih"

"Baik pak"

REGRETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang