***
Sambil menggenggam secangkir kopi, wanita dibalik jendela yang tampak usang, menatap rintik hujan yang masih betah mengguyur ibu kota sore hari ini. Wanita itu tersenyum simpul kemudian menyesap kopi yang telah berganti hangat.
Delapan tahun berlalu begitu cepat. Hidup sendirian di ibu kota dalam keadaan hamil di usia muda tanpa sosok suami yang menemani. Sempat mengira akan hidup luntang-lantung bahkan sudah pasrah pada keadaan saat itu, tapi ternyata keberuntungan masih berpihak padanya karena bertemu dengan wanita tua baik hati yang menolongnya bahkan sempat memberinya tempat tinggal.
"Bu, Ayra lapar"
Sera--wanita itu buru-buru meletakkan cangkir kopi ke meja, kemudian melangkah menghampiri putrinya yang keluar kamar sambil mengucek mata. Ia berjongkok di depan tubuh mungil putrinya.
"Tapi mandi dulu ya? Sudah sore. Ibu sudah siapkan air panas buat Ayra mandi"
Ayra mengangguk kemudian memeluk leher ibunya. "Tapi digendong ke kamar mandinya"
"Ayra sudah gede loh"
"Tapi 'kan masih ngantuk bu. Nanti kalau nabrak pintu gimana?"
"Alasan" Sera tertawa geli sambil mengecupi pipi Ayra sebelum membawa tubuh putrinya ke dalam gendongan.
"Kakak kemana bu? Tadi kita tidur bareng, tapi Kak Arkan nggak ada waktu Ayra bangun" oceh bocah tujuh tahun itu. Sera menurunkan putrinya di depan pintu kamar mandi yang berada di dekat dapur. "Kak Arkan main ke rumah nenek" nenek yang dimaksud adalah wanita tua yang delapan tahun lalu menolongnya.
Namanya Bu Sumi, rumah mereka juga tidak terlalu jauh. Awalnya dia diminta untuk tetap tinggal di rumah Bu Sumi, namun merasa tak enak karena cucu Bu Sumi juga memutuskan tinggal disana. Apalagi dia punya dua anak kembar pula, makanya begitu tahu ada rumah yang mau dikontrakan, dia langsung memutuskan untuk pindah.
Ya, meskipun rumahnya kecil dengan berlantaikan ubin, dia bersyukur karena bisa menyewa rumah dengan biaya yang cukup murah perbulannya.
"Ayra tunggu sebentar, ibu mau ambil air panasnya"
"Iya bu"
Setelah selesai memandikan putrinya, Sera baru bisa menghabiskan sisa kopinya yang sudah dingin sambil memperhatikan Ayra yang lahap makan, karena tadi siang memang belum sempat makan. Terlalu lelah bermain dengan kakaknya sampai keduanya ketiduran.
Dia bersyukur karena dulu tidak jadi menggugurkan kandungannya. Karena jika hal itu terjadi, maka dia akan menyesal seumur hidup karena kehilangan dua malaikat kecil yang justru sekarang menjadi penyemangat hidupnya.
Arkana Narenda dan Ayra Azalea.
Dia tidak pernah menyangka akan melahirkan bayi kembar. Mungkin karena ada keturunan kembar dari keluarga ibunya, jadi menurun padanya. Dia tidak tahu bagaimana nasibnya jika dulu tidak bertemu Bu Sumi yang sudah menganggapnya seperti cucu sendiri. Bahkan omongan orang-orang pun tidak dihiraukannya. Dia sangat bersyukur karena masih dipertemukan dengan orang yang baik. Meskipun sebenarnya dia merasa malu karena menjadi beban.
"Bu, kapan kita beli tas sama buku? Sebentar lagi 'kan Ayra sama Kak Arkan mau masuk sekolah" Sera tersentak dari lamunannya. "Akhir bulan ini ya, tunggu ibu gajian dulu" sebelum bekerja disalah satu perusahaan cat sebagai cleaning service, dia bekerja sebagai buruh cuci sambil usaha kecil-kecilan membuat donat atau jajanan lain untuk dititipkan ke warung-warung yang masih berlanjut sampai sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
REGRET
ChickLit[FULL NASKAH / E-BOOK TERSEDIA DI KARYA KARSA & KBM] Link ada di profil. *** Sera merasa hidupnya benar-benar hancur saat tahu dirinya sedang mengandung, sementara pria yang seharusnya bertanggung jawab justru meninggalkannya tanpa mengetahui kaba...