REGRET - 4

21.6K 1.7K 45
                                    

***

Malam harinya Sera kedatangan tamu. Teman semasa SMA nya yang memilih menjadi anak rantau setelah lulus kuliah. Adalah Sarah yang sudah hampir tiga tahun ini bekerja di Jakarta sebagai salah satu karyawan bank swasta. Berbeda dengan dirinya yang hanya bekerja sebagai cleaning service. Seandainya dulu dia tidak melakukan kesalahan fatal, mungkin dia bisa seperti Sarah atau teman-temannya yang lain. Memiliki pekerjaan dan masa depan yang bagus.

Ah, hanya pengandaian yang tidak akan pernah mungkin berwujud nyata. Walau bagaimanapun juga, dia tetap mensyukuri keadaannya saat ini. Tentang kesalahannya di masa lalu, biarlah menjadi pembelajaran. Lagi pula, percuma memikirkan sesal yang tidak akan pernah membawa diri kita ke masa yang telah lewat. Kecuali jika pintu kemana saja milik Doraemon benar-benar ada.

Tapi dia ragu bisa meminjamnya, karena ada Nobita yang pasti mendahului demi menemukan tempat-tempat yang indah supaya bisa membawa Shizuka kesana. Lalu berandai-andai menikahi teman sekolahnya itu.

Ah, kenapa pikirannya malah jadi kesana.

"Ketumben belum ngantuk anak-anakmu jam segini Ser?" Sarah yang baru kembali dari kamar mandi, beranjak duduk di samping Sera sambil memperhatikan kedua anak temannya yang belum ada tanda-tanda mengantuk sama sekali.

Sera tersentak dari lamunan kemudian memberikan senyuman lembut pada Sarah sebelum beralih menatap kedua anaknya yang sedang sibuk mewarnai di meja depan tv.

"Sudah tidur siang mereka, makanya sudah jam sembilan gini belum mau tidur. Eh, tumbenan kesini maleman?"

Sarah baru tiba di rumahnya sekitar sepuluh menit yang lalu dan izin memakai toilet setelah menyapa kedua anaknya lebih dulu. Sementara dia pergi membuatkan minum untuk sahabatnya itu sambil menunggu Sarah selesai.

"Kakak sepupuku baru balik dari Jogja, tapi malah nginep di rumah temennya. Rumah jadi sepi lagi, makanya milih kemari" Sarah lantas meneguk teh miliknya. Selama di Jakarta, dia tinggal bersama kakak kandung ibunya yang kebetulan memiliki anak perempuan yang hampir seumuran dengannya. Tapi sepupunya itu justru memilih merantau ke Jogja dimana kebanyakan keluarga besar mereka memang tinggal.

"Eh Ser, beberapa hari lalu aku tanya Haris, katanya si brengsek masih di luar negeri" katanya menggebu-gebu yang langsung dipelototi Sera yang takut anak-anak mendengar omongan kasar Sarah.

"Pelankan suaranya. Nanti anak-anak dengar" tegurnya yang diangguki Sarah.

"Maaf tadi keceplosan"

Sera lantas menghela nafas. Sejujurnya dia enggan jika sudah mulai membahas tentang Sena atau apapun yang berkaitan dengan pria itu. Hidupnya sudah cukup bahagia tanpa Sena dan enggan membawanya masuk ke dalam hidupnya lagi, yang nantinya justru kembali menabur luka.

"Sudahlah Rah, kamu tidak perlu tanya-tanya Haris lagi tentang Sena. Aku bisa menghidupi anak-anak dengan baik kok"

Sarah tahu itu. Tapi sebagai teman, dia tidak tega melihat bagaimana perjuangan Sera menghidupi kedua anaknya tanpa sosok suami bahkan orang tua. Berjuang sendiri di kota orang tanpa memiliki sanak saudara disana. Bahkan dulu Sera sama sekali tidak mengatakan padanya jika wanita itu diusir dari rumah. Dia baru tahu setelah Sera di Jakarta. Pernah dia meminta Sera untuk tinggal bersama salah satu saudaranya, tapi Sera menolak dengan dalih tak enak dan sudah memiliki tempat tinggal berkat bantuan seseorang.

Serafina Anindita.

Sosok remaja yang terkadang masih bertingkah manja, kini menjelma menjadi sosok wanita yang kuat. Mampu menghidupi kedua anaknya dengan kerja kerasnya sendiri. Rela banting tulang tanpa mengenal lelah demi kebahagiaan anak-anaknya. Dan sebagai teman, apakah dia harus diam saja melihatnya sengsara, sementara pria yang seharusnya bertanggung jawab justru hidup bahagia dan bebas di luar sana?

REGRETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang