REGRET - 6

21K 1.4K 56
                                    

***

Mereka pernah melakukan kesalahan fatal di masa lalu yang membuatnya kehilangan segalanya. Mimpi, keluarga, dan masa muda. Seandainya mesin waktu benar-benar ada, dia mempunyai satu permintaan, kembali ke masa lalu. Masa dimana dia masih duduk dibangku SMA. Dia berjanji akan menggunakan waktu masa mudanya dengan sebaik mungkin. Dan yang pasti, tak akan dia kecewakan hati kedua orang tuanya.

Bertahun-tahun telah ia coba mengikhlaskan semuanya. Menerima takdirnya. Hasil dari kesalahannya di masa lalu. Dia tak menyesal telah melahirkan anak-anaknya, justru dia merasa bahagia memiliki dua anak yang menggemaskan. Namun yang masih dirinya sesali adalah hadirnya mereka dengan cara yang salah.

Dan akhirnya, bukan hanya dirinya dan orang tuanya saja yang menderita, tapi juga kedua anaknya. Bahkan, mungkin dia tidak akan pernah bisa mengabulkan keinginan anak-anaknya untuk mempertemukan mereka dengan ayah mereka. Bukan karena tak bisa, melainkan sosok pria yang seharusnya dipanggil ayah itu, telah memiliki kebahagiaan sendiri. Barangkali dalam waktu dekat akan memiliki keluarga kecil. Sebagai seseorang dari masa lalu, dia tidak mau merusak kebahagiaan pria itu. Hadirnya kedua anaknya hanya akan memperkeruh suasana.

"Maafkan ibu" isakannya lolos. Ia usap puncak kepala kedua anaknya secara bergantian. "Maaf. Maaf. Maaf. Semua salah ibu" ia tahan isakannya supaya tak semakin keras dan akhirnya membangunkan kedua anaknya.

"Maaf karena membuat kalian ada dan tumbuh tanpa seorang ayah. Maafkan ibu karena berbohong selama ini. Maaf karena tidak bisa membawa ayah kalian" mengelap air mata di wajahnya, Sera lantas berdiri. Ia tarik selimut menutupi tubuh kedua anaknya sebelum keluar dari kamar.

Arkan, anak lelaki berusia tujuh tahun itu membuka kedua matanya begitu mendengar suara pintu tertutup. Dia sebenarnya terbangun karena tangisan sang ibu, namun mencoba tidak membuka mata supaya ibunya tidak merasa khawatir.

"Tidak apa-apa tidak bertemu ayah, asal ibu tidak pernah menangisi ayah lagi" ia tolehkan kepala pada sang adik yang tidur terlelap disisinya. Lalu mengusap kasar sudut matanya yang berair sebelum membalikkan tubuh ke samping dan memeluk erat guling disisinya.

Di sofa ruang tamu, Sera mendekap erat kedua kakinya sambil menumpukan kepala di atas lutut dengan mata terpejam. Berharap kantuk segera menghampirinya, namun rasanya begitu sulit ketika pikirannya justru melayang pada kejadian di mal siang tadi.

Pertemuan pertamanya dengan Sena. Dan dia berharap pria itu tidak menyadari dirinya meskipun mereka sempat bertemu pandang sesaat.

Pria itu, Sena. Seharusnya dia sudah memprediksi jika pria itu mungkin sudah memiliki kekasih atau bahkan sudah berkeluarga. Tapi mengapa hati kecilnya masih memiliki harapan jika pria itu tidak pernah melupakannya sedikitpun. Bahkan berharap Sena juga merasakan kesakitan sama seperti dirinya. Tapi dia salah. Karena hari dimana kepindahan Sena, dia bukan siapa-siapa lagi. Bahkan, mungkin saja tidak memiliki arti apapun di hidup pria itu.

"Ada apa Ser? Kamu baik-baik aja 'kan? Woy Ser! Denger aku 'kan?"

Niat hati ingin menjadikan Sarah sebagai tempat berkeluh kesah dengan mengganggu wanita itu malam-malam, justru yang ada Sera kembali terisak. Membuat wanita diujung telfon itu kian khawatir.

"Sera!"

"Aku bertemu Sena" ucapnya lirih.

"Hah? Sena? Kamu yakin?"

"Hemm.. Dia sudah kembali"

"Te..terus, dia tahu semuanya?" Sera menggeleng meskipun dia sendiri tahu jika Sarah tak mungkin bisa melihatnya.

REGRETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang