***
Sera yang sedang menyetrika sambil menggelar tikar di depan tv, sesekali memperhatikan kedua anaknya yang sedang menggambar di meja ruang tamu. Ia tersenyum melihat betapa seriusnya kedua anaknya dengan buku gambar dihadapan mereka.
"Kak Arkan sama Dek Ayra sedang gambar apa sih? Kok serius banget" tanyanya sambil melanjutkan setrikaannya yang menumpuk.
"Gambar rahasia bu" sahut si bungsu yang disambut kekehan oleh Sera. "Jangan rahasia-rahasia dong, ibu kan mau lihat juga"
"Tunggu diwarnai tapi ya bu"
Sera menoleh pada sang anak lalu memberikan anggukan.
"Siap" sambil mengacungkan ibu jari.
"Bu"
Sekarang giliran si sulung. Dengan sabar Sera bertanya. "Kenapa Kak?"
"Eum, boleh nanya nggak bu?"
"Tentu dong. Mau nanya apa?" Sera menaruh setrikaan. Ia perhatikan Arkan yang tampak ragu untuk bertanya. "Tidak apa-apa sayang, tanya saja"
Arkan berpikir sejenak sebelum menatap ibunya lagi. "Eum, Arkan mau tahu nama ayah" yang langsung disambut antusias oleh Ayra.
Terbukti begitu mendengar tanya sang kakak, langsung menghentikan gambarnya. Dengan ekspresi polosnya, Ayra menatap ibu dan kakaknya secara bergantian.
"Sena" Sera tidak akan menutupi jika anaknya memang ingin tahu. Yang dia tidak sanggup hanyalah mempertemukan mereka. "Namanya Wirasena Pramudya Akbar. Dipanggilnya Sena"
"Nama ayah sama ibu hampir mirip" Ayra memberikan komentar yang diangguki sang ibu. "Kalau Kak Arkan sama Ayra juga mirip huruf depannya" yang disambut senyum lebar sang putri.
"Kenapa Kak Arkan nanya nama ayah?"
"Lagi gambar terus mau kasih nama" Sera tersenyum dan tidak lagi bertanya. Dia kembali melanjutkan menyetrika sementara anaknya kembali fokus dengan buku gambar mereka.
Melihat anak-anaknya yang sudah mulai tumbuh besar dan pastinya sesekali akan menanyakan tentang ayah mereka, mau tidak mau dia harus terbuka. Kecuali mendatangkan ayah mereka, barulah dia akan mencari seribu alasan. Sampai waktunya tepat untuk mengakui semuanya.
Tok. Tok.
"Assalamualaikum"
"Wa'alaikumsalam" Sera menoleh ke arah pintu rumah yang terbuka.
"Nenek"
Arkan dan Ayra langsung berseru heboh melihat kedatangan Bu Sumi yang sudah mereka anggap sebagai nenek sendiri.
"Tadi Aryo beli pisang banyak, makanya ibu buatkan kolak saja biar nggak bosan"
"Arkan sama Ayra sedang gambar ya?"
"Iya nek" sahut bocah kembar itu berbarengan.
Sera buru-buru mematikan setrikaan dan segera bergabung bersama Bu Sumi yang sudah duduk di sofa. Meskipun usianya sudah menginjak 70 tahunan, namun Bu Sumi masih terlihat lebih muda dari usianya. Bahkan masih kuat jalan-jalan, walaupun sering mengeluh capek.
"Makasih bu. Sudah lama juga Sera nggak buat kolak"
"Dimakan dulu mumpung anget. Nanti baru lanjut nyetrika lagi" terkekeh pelan, Sera mengangguk dan segera berlalu ke dapur mengambil sendok.
"Kenapa tiba-tiba Mas Aryo beli pisang banyak bu? Sengaja atau gimana?"
Sera beranjak duduk di sisi Arkan. Lalu menyuapi kedua anaknya juga bergantian.
KAMU SEDANG MEMBACA
REGRET
Chick-Lit[FULL NASKAH / E-BOOK TERSEDIA DI KARYA KARSA & KBM] Link ada di profil. *** Sera merasa hidupnya benar-benar hancur saat tahu dirinya sedang mengandung, sementara pria yang seharusnya bertanggung jawab justru meninggalkannya tanpa mengetahui kaba...