REGRET - 14

22.4K 1.7K 56
                                    

***

"BISA-BISANYA KAMU SALAH INPUT HARGA RANI!! KALAU DAFTAR HARGA INI SUDAH DIKIRIM KE KANTOR-KANTOR CABANG MAKA PERUSAHAAN AKAN RUGI BANYAK!" Sena mengarahkan tatapan tajam pada salah seorang bawahan yang melakukan kesalahan hingga membuatnya tersulut emosi di pagi hari.

"Keluar sekarang kamu! Dan perbaiki kembali daftar harganya!" nada suara Sena sedikit melunak. Setidaknya tidak sekeras sebelumnya.

Rani yang sudah ketakutan setengah mati buru-buru keluar dari sarang harimau. Dia akan menyebutnya begitu mulai sekarang. Sebelum kembali ke ruangan, dia mampir lebih dulu ke pantry. Setidaknya dia perlu membasahi tenggorokan sebelum kembali bekerja.

"Haus banget ya Mbak Rani?"

Sera yang kebetulan sedang berada di pantry lantas bertanya sambil menahan senyum melihat Rani minum seperti orang yang baru saja lari ratusan meter.

"Banget mbak! Gara-gara Pak Sena nyuruh berdiri lamanya nggak kira-kira" ujar Rani dengan nada menggebu.

"Loh memangnya kenapa mbak? Kok disuruh berdiri?"

"Pak Sena kayaknya lagi kesambet deh mbak. Padahal daftar harga yang aku kasih kan belum final, lagi minta dicek dulu. Kalau ada yang salah, ya kan bisa dibenerin. Pakai bentak-bentak segala" Rani tak habis pikir. Ini pertama kalinya dia melihat atasannya semarah itu.

"Mungkin sedang ada masalah pribadi mbak" ujar Sera mencoba menenangkan.

"Kalau ada masalah pribadi harusnya nggak perlu dibawa ke kantor ya kan mbak?" yang Sera tanggapi dengan senyuman tipis.

"Padahal minggu ini mau tunangan loh Pak Sena, harusnya dia sedang bahagia bukannya marah-marah" decak Rani sambil menggeleng heran.

"Mungkin sedang banyak kerjaan juga mbak, jangan diambil hati" Rani mengangguk. "Iya mbak. Kalau begitu saya duluan ya, mau balik ke ruangan" yang diangguki oleh Sera.

Kembali sendiri di pantry, Sera yang tadinya mampir untuk minum, memutuskan duduk sebentar saat merasakan pergelangan kakinya kembali nyeri. Ia coba perhatian lagi dan ternyata sedikit membiru. Pantas saja rasanya begitu nyeri.

"Ahh.."

Sera memijat pelan pergelangan kakinya sambil meringis. Semalam dia tidak sengaja kepeleset di kamar mandi saat sedang mencuci baju. Dia pikir hanya keseleo biasa, tahunya sampai membiru begini.

"Eh, ada Sera. Kebetulan sekali"

Sera menoleh ke arah pintu yang sudah terbuka. Ia tersenyum mendapati Sekretaris Sena yang sedang berdiri di daun pintu.

"Kenapa Mbak Hani?"

"Tolong buatkan kopi ya Ser, nanti bawa langsung ke ruangan Pak Sena. Saya sedang banyak kerjaan soalnya" setelah melihat anggukan Sera, Hani segera pamit kembali ke ruang kerjanya.

Mendesah pelan karena tak ada satu orang pun yang bisa dirinya mintai tolong, mau tak mau Sera sendiri yang mengantar kopi ke ruangan Sena. Niat hati meminta Hani yang membawakan ke dalam, ternyata Sekretaris Sena itu tidak ada dibalik meja kerja. Mungkin sedang ke kamar mandi.

Tok. Tok. Tok.

"Masuk"

Dengan keengganan yang terlihat begitu jelas, perlahan Sera memutar knop. Dan saat berhasil membuka pintu, ia dapati Sena yang begitu fokus dengan lembaran-lembaran kertas di atas meja.

REGRETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang