BAB 8

506 96 10
                                    

"Anak-anak bisa pulang, ya? Ibu akhiri kelasnya hari ini. Selamat siang. Assalamualaikum."

Setelah Nayra mengucap salam, anak-anak di kelas itu langsung berebut mencium tangan Nayra dan keluar kelas. Nayra yang melihat tingkah mereka hanya bisa geleng-geleng kepala sambil tersenyum.

Setelah semua anak keluar, Nayra berjalan ke setiap meja dan membereskan kekacauan yang dibuat anak-anak. Mulai dari krayon yang berserakan, hingga buku gambar yang masih terbuka lebar.

"Nayra."

Nayra yang sedang membereskan meja itu menoleh ke arah pintu.

"Assalamualaikum, Nay."

"Bu Jiya. Waalaikumsalam."

"Sini, biar Ibu beresin. Kamu ada tamu," kata Bu Jiya.

Nayra mengernyit. "Tamu? Siapa?"

Mendengar pertanyaan Nayra, Bu Jiya tersenyum aneh.

"Cowok ganteng, tinggi, putih. Kaya... pangeran," bisik Bu Jiya.

"Sopan juga," imbuhnya.

"Senyumnya manis. Pokoknya... ih! Kalau Ibu masih muda udah Ibu pepet terus."

Nayra terkekeh mendengar ucapan Bu Jiya yang terkesan tidak biasanya. Memang siapa pria yang seperti pangeran yang mencarinya? Pangeran Kodok?

"Ya sudah, Bu. Terima kasih, ya?"

Kemudian Nayra meninggalkan kelasnya dan berjalan ke arah ruang khusus yang digunakan sebagai ruang tamu di SLB itu.

"Siapa yang mau ketemu?" gumam Nayra.

Pertanyaannya itu langsung terjawab begitu Nayra sampai di depan pintu. Dia cukup kaget melihat seorang pria yang duduk manis di sofa. Pria itu adalah pria yang sama dengan pria tiga hari lalu yang bersamanya di taman rumah sakit; Joan.

"Nay."

Joan langsung berdiri begitu melihat Nayra berdiri di depan pintu. Nayra yang tersadar langsung memasang senyum dan masuk untuk menyapa Joan.

"Assalamualaikum, Kak," sapa Nayra sambil sedikit menunduk.

"Waalaikumsalam."

Dalam beberapa detik, rasa canggung menyelimuti keduanya. Hingga Joan kembali duduk diikuti Nayra yang ikut duduk di depannya.

"Gimana keadaan Tante Mery, Kak?" tanya Nayra.

"Um... Alhamdulillah udah baik. Nanti sore udah boleh pulang," kata Joan.

Nayra pun tersenyum. "Alhamdulillah..."

"Eum... Kakak kok tau aku disini?" tanya Nayra.

"Oh... itu..." Joan menggaruk tengkuknya.

"Um, aku lihat di profil yang dikasih Mama ke aku dulu," jawabnya.

"Terus?"

"Hah? Terus?"

Joan menatap Nayra seolah bertanya arti terus itu.

"O-oh. Aku mau minta maaf," kata Joan setelah paham.

"Soal yang di rumah sakit tempo hari ... Aku lagi emosi. Maaf banget, aku salah dan baru sempet minta maaf sekarang."

Terjadi keheningan beberapa saat diantara mereka sebelum Nayra tersenyum dan berkata, "Gak papa. Aku udah lupa kok."

Ucapan Nayra membuat Joan bertanya-tanya. Lupa? Iya kah? Rasanya tidak mungkin dia lupa, karena, ucapan Joan sangat-sangat menyakitkan. Bahkan Joan sendiri pun sulit untuk melupakannya, karena itu hari ini dia memaksakan diri datang untuk meminta maaf secara langsung padanya.

Restart [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang