BAB 17

353 71 8
                                    

Nyra berakhir di ruang rawat Kyra setelah tau anak itu harus dirawat beberapa hari karena penyakitnya. Selama beberapa minggu mengenal Kyra, Nayra baru tau jika anak itu mengidap pneumonia sejak usia dua setengah tahun. Malam ini, karena Kyra kelelahan, jadi penyakitnya kambuh dan terpaksa harus dilarikan ke rumah sakit.

Nayra baru mengirim pesan pada bundanya dan mengatakan ingin menjenguk Kyra sebentar. Anak itu masih terlelap karena obat, jadi mungkin Nayra tak akan lama.

Nayra tersenyum sambil mengusap kepala bocah yang terbaring di ranjang pesakitan dengan masker oksigen menghiasi wajah cantiknya. Nayra benar-benar tak habis pikir. Gadis seceria dan seaktif Kyra ternyata harus menderita di usia sebelia ini.

Jeremy yang berdiri di ambang pintu dan melihat innteraksi keduanya itu tersenyum. Selama ini, dia tak pernah melihat gadis secantik dan sebaik Nayra. Pacarnya yang dulu-dulu juga baik dan cantik, tapi Nayra another level cantik dan baiknya. Aura keibuanya juga sangat terpancar. Apalagi saat dia bersama Kyra dan mengasuhnya. Melihat gadis itu tersenyum bersama putrinya, tak jarang membuat Jeremy ikut tersenyum dan kadang pula jantungnya berdetak cepat, apalagi saat Nayra menatapnya. Walaupun hanya sebentar, tapi percayalah, mata Nayra yang sepeti kelereng dan sangat manis itu mampu membuat Jeremy masuk ke dalamnya.

Tuhan, seandainya gue suka sama Nayra, gue gak dosa kan?

Jeremy menghembuskan nafas. Dia memutar tungkainya menuju kantin yang tak jauh dari ruang rawat Kyra. Dia membeli sebotol teh kemasan dan beberapa cemilan untuk disuguhkan pada Nayra. Setelah membeli, dia pun kembali dan masih melihat Nayra yang membelasi rambut Kyra.

"Nayra."

Nayra menoleh ke arah Jeremy. Pria itu tersenyum kemudian memberikan sebotol teh kemasan dan beberapa cemilan pada Nayra.

"Di minum dulu tehnya, sama jajannya. Hehehe... Maaf gak ada apa-apa."

"Eh?"

Nayra tersenyum canggung. "Gak usah Kak, ngerepotin."

"Ambil aja. Gak ngerepotin kok," kata Jeremy.

Nayra tersenyum kecil kemudian mengambil cemilan dan botol minuman itu dari Jeremy. Setelah Nayra mengambil minuman darinya, Jeremy memutari ranjang dan duduk di samping ranjang Kyra, tepat di sebrang Nayra.

"Maaf, kamu jadi ikut nengokin Kyra," kata Jeremy.

"Eh, gak papa. Aku juga pengen tau keadaannya Kyra. Tadi dokter bilang apa?"

"Dokter bilang keadaannya udah membaik. Besok pagi harus ada pemeriksaan lanjut. Kalau parah, mungkin Kyra harus dioperasi."

"Innaillahi. Dioperasi?" kaget Nayra.

Jeremy mengangguk. "Iya. Dokter sudah mewanti-wanti sejak dulu. Kalau makin parah, satu-satunya jalan ya harus dioperasi. Padahal, Kyra sudah menjalani pengobatan sejak lama dan katanya mulai ada peningkatan. Tapi... Yah, mau gimana?"

Nayra terdiam mendengar ucapan Jeremy. Pasti hal itu sangat berat untukya dan Kyra. Apalagi, setau Nayra, hanya Kyra yang Jeremy punya, begitu juga sebaliknya.

"Yang sabar, ya, Kak? Semoga Allah segera berikan kesembuhan untuk Kyra."

Jeremy tersenyum. "Aamiin. Makasih doanya, ya?"

Nayra mengangguk.

Jeremy meraih tangan Kyra kemudian menciumnya dengan penuh cinta. Rasanya dia ingin menangis sekarang. Hal seperti ini adalah hal yang paling Jeremy benci. Dia benci melihat Kyra yang sakit. Dia benci ketakutan akan kehilang satu-satunya harta berharganya. Kalau itu terjadi, dia akan meminta siapapun membunuhnya secepatnya.

"Kak."

"Hm?" Jeremy mendongak menatap Nayra.

"Kalau boleh tau, um... kenapa Kyra bisa sakit ini?"

Jeremy tersenyum mendengar pertanyaan Nayra. "Kyra lahir premature dulu. Jadi... imunnya cukup lemah. Dia sering sakit sejak bayi. Sampai akhirnya... dokter memvonis Kyra pneumonia."

Nayra mengangguk paham.

"Tapi... setau Nay, Kyra anak yang ceria dan kuat. Insyaallah, Kyra bisa bertahan dan sembuh."

Jeremy tersenyum. "Iya. Aku juga yakin sama Tuhan. Kyra juga anak yang kuat. Aku akan berusaha dan melakukan apapun supaya Kyra sembuh," kata Jeremy sambil mengusap kepala Kyra.

Drrt... drrt...

Ponsel di saku Jeremy berdering. Pria itu menghembuskan nafas saat melihat siapa yang menelfonnya. Jeremy sama sekali tak berminta mengangkat telfon itu.

"Gak diangkat telfonnya? Kakak bisa angkat dulu, Kyra biar Nay yang jaga."

Jeremy menggeleng. "Gak papa. Bukan siapa-siapa."

Namun, ponsel Jeremy kembali berdering. Sepertinya, kali ini Jeremy harus mengangkatnya.

"Um... Nay, tolong jagain Kyra ya? Sebentar kok."

Nayra mengangguk. Jeremy pun bangkit dan keluar dari ruangan Kyra untuk mengangkat telfon.

"Halo."

"Cepat bicara. Saya gak banyak waktu," ucap Jeremy datar saat yang disebrang menyapa.

"Jeremy. Ini masalah Kyra-"

"Saya sudah bilang sama kamu. Jangan berharap Kyra saya serahkan sama kamu. Kyra anak saya. Jadi saya akan merawat dia sampai saya mati. Harus berapa kali saya bilang itu?"

"Kamu gak bisa bilang begitu. Saya papanya Kyra."

Jeremy terkekeh sinis mendengar ucapan pria di telfon itu.

"Papa?" Jeremy menggeleng. "Kamu orang asing di mata Kyra. Selamanya begitu. Jangan harap jadi papanya."

"Jeremy, saya menuntut hak saya."

"Hak apa yang kamu minta? Sejak awal kamu gak punya hak atas Kyra."

"Saya ayah biologisnya."

"Dan saya papanya. Papanya Kyra, titik," ucap Jeremy penuh penekanan.

"Jer-"

"Sejak kamu memilih wanita lain dan meninggalkan kakak saya dan bayinya, kamu gak punya hak apapun lagi. Setelah sekian tahun, kamu tiba-tiba datang dan meminta Kyra karena gak bisa punya anak?"

Jeremy terkekeh sinis. "Itu karma dari Tuhan, jadi kamu harus menerimanya."

"Saya mau memperbaiki kesalahan saya."

"Terlambat."

Bep. Jeremy menutup panggilannya sepihak dan langsung mematikan ponselnya. Pria itu menarik nafas dalam kemudian menghembuskannya perlahan untuk mengendalikan emosinya.

Jeremy menggenggam kuat ponselnya sendiri sambil menatap langit malam yang gelap.

Kak, gue harus gimana?

To be Continue...

Bismillah. Yok semangat yok, baru hari pertama. Semangat!

Nih aku update setelah sekian lama buat nemenin waktu kalian. Maaf kalau pendek, keterbatasan ide. Ini udah mentok tapi maksain. Ya udah gini jadinya. Maaf kan ya?🙏

AlmostZ
13/04/21

Restart [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang