BAB 23

314 57 40
                                    

"Mama, nanti pulang gak usah jemput Joan. Joan mau pulang sendiri."

Wanita yang baru saja menghentikan mobilnya itu mengernyit heran sembari menatap putra tunggalnya.

"Kenapa?" tanyanya.

"Um, gak papa. Pokoknya gak usah. Joan mau ke rumah temen. Mau balikin barang."

Wanita itu; Bu Mery menata Joan dengan tatapan mengintimidasi. "Ke rumah siapa? Hayo, ngaku."

"Um..." Joan bergumam sambil menggaruk kepalanya. "Nayra."

Wanita itu langsung tersenyum, wajahnya berubah cerah. "Oh, ke sana? Yakin sendiri? Ada alasan lain selain balikin barang? Barang apa emang?"

Joan berdecak. "Apa, sih? Gak ada," kata Joan. "Ya udah, Jo berangkat dulu." Joan meraih tangan kanan sang mama kemudian mencium punggung tangannya.

"Assalamualaikum." Joan pun membuka pintu mobil dan berjalan ke gedung kantornya. Sementara itu, Bu Mery hanya terkekeh geli melihat kelakuan anaknya.

"Joan... Joan... Dulu aja nolak. Sekarang malah ngejar. Coba aja kamu dulu mau, gak seribet ini kan?"

***

Pagi ini Joan dibuat terkejut karena hal tak terduga terjadi. Rosa, mantan kekasihnya ternyata satu perusahaan dengannya. Bahkan, gadis yang baru kemarin ditemuinya itu sedevisi dengannya. Lebih lagi gadis itu duduk di sampingnya, membuat kepala devisi memberikan ultimatum untuk mengajari Rosa bekerja.

"Jo, biasanya habis di input dikirim ke mana?" Rosa bertanya pada Joan yang tengah mengerjakan laporannya.

"Oh, apa?" Joan mengintip layar komputer Rosa. "Oh, itu kirim aja ke email bagian pemasaran. Konfirmasi pakai chat aja, gue kasih nomornya."

Rosa mengangguk. Dia pun mengikuti perintah Joan.

"Done. Terus ngapain lagi?" tanya Rosa.

"Konfirmasi. Sini, HP lo. Gue kasih nomornya."

"Oh iya."

Rosa memberikan ponselnya pada Joan sambil tersenyum. "Nomor lo juga ya, Jo."

Joan melirik Rosa sebentar sambil tersenyum. "Iya, nanti gue invite ke grup devisi sekalian," jawab Joan.

"Nih, selesai. Konfirmasi ke Mas Iqbal. Nanti dia bilang apa, turutin aja.  Misal ada revisi nanti lo benerin. Oh iya, tiap Kamis bos ngadain rapat semua anggota devisi. Lo harus datang setengah jam sebelum jam kerja. Ada kaya briefing gitu, soalnya atasan sering ngadain rapat di hari Kamis juga. Persiapan. Biasanya kalau hari Selasa sama Rabu kita kerja lebih keras buat bikin laporan sama revisi."

Rosa mengangguk-anggukkan kepalanya. "Oh, gak jauh beda ya sama kantor pusat."

"Kantor pusat? Emang lo tau?" Celetuk Joan.

Rosa terkekeh. "Gue kerja di sana sebelum ini. Tapi gue minta pindah karena mau ikut Mama sama Papa balik ke sini."

"Oh..." Kata Joan. "Dari dulu lo gak berubah, ya? Masih aja anak Mama-Papa. Gak berani sendirian."

Rosa berdecak kesal. "Ih, emang lo enggak. Lo kan juga anak Mama-Papa. Nurutttt aja sama mereka. Kita tuh sama, Jo. Gak usah lah, saling ejek. Kita damaiii... Piece..." Rosaa meringis sambil mengangkat kedua jari kanannya--telunjuk  dan jari tengah.

Joan terkekeh. "Iya juga, sih," katanya. "Tapi gue gak sepenurut dulu sih. Gue jadi agak pembangkang. Tapi, gue nyesel gak ikutin omongan Mama-Papa. Tapi mau gimana lagi? Orang terlanjur." Joan menghembuskan nafas berat di akhir ucapannya.

Restart [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang