BAB 25

299 55 12
                                    

Nayra baru saja memasuki rumah ketika Kyra mengetuk pintu. Walaupun pintu terbuka lebar, gadis kecil itu tetap mengetuk pintu dan mengucap salam, bahkan memanggil nama Nayra dengan cukup kencang. Sontak Nayra yang baru sampai di ruang tengah berbalik. Dia mendapati Kyra yang berdiri di depan pintu rumahnya.

"Ada apa, Sayang?" tanya Nayra.

"Papa ada tamu, Kyra disuruh ke sini dulu," kata Kyra.

Nayra menatap rumah Jeremy yang tepat ada di depan rumahnya. Benar, sekarang pria itu sedang berdiri bersama seorang pria berwajah bule. Nayra jadi ingin tahu, siapa tamunya.

"Ayo Kak, Kyra boleh masuk?"

"E-eh, boleh. Ayo masuk. Kyra di sini sampai tamunya Papa pulang?"

Kyra mengangguk keduanya pun masuk. Di dalam, Pak Rahmat dan Bu Mayang menyambut mereka.

"Kyra ikutan main? Kok gak ganti baju dulu?" tanya Pak Rahmat.

"Papa ada tamu, Kyra disuruh langsung ke sini," kata Kyra.

"Ya udah, sini duduk sama Kakek. Kak Nayra biar ganti baju dulu."

Kyra mengangguk. Dia berlari kecil menghampiri Pak Rahmat yang duduk di ruang tengah sembari menonton Spongesbob. Ini acara kesukaannya dan Kyra juga pasti.

"Ada apa?" bisik Bu Mayang pada putrinya.

Nayra bergidik. "Gak tau. Mungkin Kak Jeremy ada tamu penting, jadinya Kyra disuruh langsung ke sini. Tadi di rumahnya ada cowok bule," bisik Nayra. Bu Mayang hanya manggut-manggut.

"Ya udah, kamu ganti baju. Habis itu bantuin Bunda bikin makan siang. Adik kamu habis ini juga pulang, kasihan tadi pagi berangkat belum sempet sarapan."

Nayra mengangguk. Dia pun memasuki kamarnya. Kebetulan kamar Nayra ada di bagian depan. Dari kamarnya Nayra bisa melihaat halaman depan rumahnya sendiri dan tentunya rumah Jeremy. Nayra hanya ingin tahu saja, siapa tamunya walaupun tidak mungkin bisa ke tahuan jika Nayra hanya melihat dari kamar dan tidak bertanya.

Nayra masih mencoba melihat dari kaca jedela. Tidak terlalu jelas tapi bisa dilihat jika sekarang Jeremy dan pria itu sedang baku hantam. Ya, itu sontak membuat Nayra terkejut. Gadis yang tadinya hendak berganti pakaian itu lekas keluar, memberi tahu ayahnya tentang apa yang dilihatnya.

"Ayah, Kak Jeremy... Itu, pukul-pukulan," ucap Nayra sedikit terbata dan tentu membuat Pak Rahmat terkejut. Pria itu awalnya tak percaya, akan tetapi ketika dia berlari keluar dan melihat sendiri, ternyata benar apa yang dikatakan Nayra. Bahkan dua pria itu saling berteriak membuat beberapa tetangga keluar.

Tak ingin kedua pria itu semakin parah beradu pukul, Pak Rahmat dan beberapa tetangga segera melerai.

"Jangan dekati Kyra! Sudah saya bilang berkali-kali!" pekik Jeremy.

"Dia anak kandung saya! Saya punya hak!"

"Kamu gak berhak apapun! Pergi! Kyra anak saya!"

Dua pria itu masih tak ingin berhenti beradu mulut. Pak Rahmat dan beberapaa tetangga terpaksa menarik Jeremy ke rumah Pak Rahmat. Tempat itu dirasa paling dekat dan aman. Setelah memasukkan Jeremy ke rumah, Pak Rahmat menutup pintu. Pria itu masih nampak kesal dan wajahnya memerah.

"Papa!"

Itu Kyra yang berlari dan langsung memeluk kaki papanya. Jeremy awalnya tak terlalu merespon karena lebih sibuk dengan emosinya. Namun, satu panggilan dari Kyra dan tatapan polos gadis kecil itu membuat Jeremy segera mengalihkan perhatiannya penuh pada Kyra.

"Papa kenapa? Kenapa marah-marah?"

Jeremy tersenyum tipis. Dia berjongkok di depan Kyra kemudian mendekap tubuh mungil gadis itu.

Restart [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang