BAB 24

272 51 9
                                    

Nayra sedang haid, jadi tak shalat tahajjud seperti biasa. Namun, gadis itu tetap bangun pukul setengah tiga pagi. Mungkin kareena terbiasa, jadi gadis itu selalu bangun di waktu yang sama.

Nayra tak bisa tidur, jadi memilih membaca beberapa buku yang belum sempat dia baca. Ketika sedang asyik membaca, ponselnya berbunyi. Sebuah pesan masuk ke WhatsApp nya.

Kak Jeremy
Masih bangun?

Ketika membacanya, jantung Nayra berdetak kencang. Mendadak gugup, seperti saat Jeremy mengirim pesan padanya--seperti biasa.

Nayra sudah lama tak ber-chatting ria dengan pria. Sudah lama sejak mantan kekasihnya meninggal, Nayra jadi membatasi hubungan sosialnya. Lebih-lebih setelah gadis itu memilih berhijab dan hijrah. Namun, kini ada saja yang menggoyahkannya.

Seorang Jeremy Geovano. Duda beranak satu itu diam-diam menggoyahkan seorang Nayra yang baru belajar agama. Pria itu punya daya tarik tersendiri di mata Nayra. Selain tampan, Jeremy juga cerdas, sopan, dan humble. Ditambah sifat kebapakannya yang selalu dia tunjukkan ketika mengasuh Kyra. Nayra yakin, wanita yang pernah mendapatkan hati Jeremy pasti wanita yang hebat. Yang dimaksud Nayra di sini ibu dari Kyra tentu. Jika saja Nayra tak menundukkan pandangan, dia yakin sudah benar-benar jatuh cinta pada pria itu. Padahal Nayra tau pasti, ada perbedaan besar diantara mereka.

Beberapa hari lalu ketika Jeremy meminta nomor ponselnya, Nayra cukup ragu untuk memberikannya, tapi dengan alasan Kyra, Jeremy berhasil mendapatkan nomornya.

Ya, memang Kyra menjadi alasan. Setiap malam gadis kecil itu selalu minta didongengi oleh Nayra. Katanya mau tidur di rumah Nayra, tapi tidak diizinkan papanya, jadi minta didongeni lewat telfon saja. Entah sadar atau tidak, secara langsung Jeremy juga bisa mendengar dongeng dari Nayra kan, ya?

Kak Jeremy
Kamar kamu nyala, jadi aku chat. Maaf kalau ganggu.

Satu pesan lagi masuk dari pria itu. Nayra segera membalasnya.

Enggak, Kak. Emang suka kebangun jam segini.

Tak perlu menunggu lama, pria itu kembali membalas pesan Nayra.

Kak Jeremy
Ngapain malam-malam bangun? Subuh masih lama.

Entah kenapa setiap hendak membalas pesan dari pria itu jantung Nayra berdebar. Nayra tau ada yang salah, tapi tak mau menyadarinya.

Astaghfirullah, Nayra. Kemu kenapa, sih? Gak boleh chatan sama Kak Jeremy kalau gak penting, batin Nayra.

Nayra menghembuskan nafas. Tangannya bergerak lincah untuk membalas pesan dari Jeremy.

Iya, Kak. Kalau gitu aku balik tidur. Assalamualaikum.

Dengan mengirim pesan itu, Nayra harap percakapan berakhir. Benar percakapan itu berakhir dengan pesan dari Jeremy yang seketika membuat hari Nayra berbunga-bunga.

Kak Jeremy
Iya, kalau gitu selamat pagi. Istirahat yang cukup biar gak sakit. Butuh alarm buat shalat subuh?

Nayra tak membalasnya dan langsung meletakkan ponselnya di balik bantal. Gadis itu memegangi jantungnya yang berdebar cukup kencang.

"Astaghfirullah, Nayra. Gak boleh suka sama Kak Jeremy. Kamu cuma kagum biasa aja sama dia," monolog gadis itu.

Nayra menarik nafas dan menghembuskannya perlahan. Itu dia lakukan beberapa kali agar lebih tenang. Sembari memejamkan mata dan beristighfar, Nayra mencoba mengendalikan dirinya dan perasaannya.

Setelah dirasa cukup tenang, Nayra bangkit dari duduknya dan berjalan ke luar, lebih tepatnya ke dapur. Gadis itu mengambil segelas air untuk membasahi tenggorokannya. Tak hanya itu, dia pun membawa beberapa cemilan dan sebotol air ke ruang tengah, menyalakan televisi kemudian duduk di karpet berbulu.

Restart [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang