BONUS

675 69 15
                                    

Dalam sebuah rumah yang di depannya terdapat palang banner bertuliskan "Nayra Collection" itu lalu lalang orang-orang beraktifitas. Semua sibuk dengan kegiatannya. Ada yang yang menata barang sampai melayani pelanggan. Dalam rumah yang sama, di sebuah ruangan nampak seorang gadis yang sibuk dengan komputernya. Dia tengah mencatat stok barang yang ada di toko pakaian itu sembari sesekali menyesap kopi instan dingin yang diseduhnya beberapa belas menit lalu.

Nayra, gadis yang dulu berprofesi sebagai guru SLB itu kini beralih menjadi seorang pebisnis. Bukan bisnis besar, hanya bisnis online dan offline yang menjual pakaian dan perlengkapan muslimah. Bisnis yang baru dirintisnya satu setengah tahun lalu bisa dibilang cukup sukses. Nayra yang memang tekun dan pantang menyerah itu dalang dari kesuksesannya. Yah, tentu saja ditambah dukungan keluarganya.

Suara pintu diketuk cukup keras membuat fokus Nayra terpecah. Segera dia menoleh ke pintu yang terbuka lebar.

"Assalamualaikum, Bu. Permisi. Ada paket datang untuk Ibu."

"Waalaikumsalam. Masuk aja," kata Nayra sambil tersenyum. Gadis berkaca mata dan berhijab hitam itu masuk kemudian memberikan sebuah kotak berukuran kecil pada Nayra.

"Dari itu, Bu. Biasa..."

Nayra mengernyit heran. Dia membaca nama pengirim di paket itu dan akhirnya mengerti, siapa yang dimaksud salah satu karyawannya.

"Oh, terima kasih, ya?"

"Sama-sama, Bu. Kalau begitu saya permisi."

Nayra mengangguk sembari tersenyum. Dia melihat paket di tangannya tanpa melunturkan senyum di wajahnya, bahkan malah semakin lebar.

Nayra melupakan sejenak pekerjaannya dan lekas membuka paket dari pria yang dua tahun lalu bertolak ke Jepang untuk mimpinya itu. Joan memang beberapa kali mengirim surat. Ya, hanya surat, tapi entah kali ini kenapa dia mengirim paket juga. Nayra juga hanya sekali membalas surat Joan, selebihnya tidak. Joan yang melarangnya untuk membalas. Dia memang aneh, kok. Nayra juga baru tau.

"Hem? Buku apa ini?" monolog Nayra ketika melihat sebuah buku diary bersampul coklat. Ada sepucuk surat yang menempel di bagian depannya.

Yang pertama dilakukan Nayra adalah membuka buku itu. Namun, dia tak mendapati apapun. Hingga iseng dia membuka bagian yang sengaja diberi pembatas tali merah. Gadis itu kontan makin heran ketika menemukan beberapa buah bunga kering di sana.

"Apa ini? Kak Joan aneh banget," monolognya.

Karena masih tak mengerti dan mendapatkan jawaban, Nayra pun membuka amplop merah itu dan membaca surat di dalamnya.

Dear Nayra

Hai, apa kabar? Sudah beberapa bulan ini aku gak ngasih kabar. Entah melalui surat atau chat. Maaf, aku lagi sibuk-sibuknya. Lagi stres-stresnya. Tapi gak usah khawatir, aku udah baik-baik aja. Udah lega.

Kamu udah lihat buku itu? Itu kosong, kok. Cuma di tengah, yang aku kasih pembatas merah ada sesuatu. Ada bunga sakura yang kebetulan jatuh di pangkuanku ketika aku duduk di bawahnya lalu aku keringkan, aku selipkan di dalam bukuku. Aku pikir mau kasih ke kamu sebagai hadiah kecil. Cantik kan? Warnanya merah muda, mungkin sama kaya pipimu kalau merona.

Jantung Nayra langsung berdebar ketika membaca tulisan Joan.

"Astaghfirullah, Nayra... Kamu mikirin apa? Kenapa harus deg-degan, sih?" gerutunya.

Nayra menggeleng cepat, menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan sebelum lanjut membaca.

Nay, alhamdulillah aku sudah lulus. Dua hari sebelum aku nulis surat ini, Mama dan Papa datang untuk wisuda. Katanya, mereka belum bilang siapa-siapa. Artinya kamu belum tau juga kan? Mungkin juga, ketika surat ini sampai ke kamu, aku sudah dalam perjalanan pulang ke Indonesia, bahkan mungkin juga sudah di rumah.

Restart [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang