08. Salahku Apa?

51 6 1
                                    

“Menjauh adalah caraku menyelematkan masa depanmu.”

✍️✍️✍️


Arvin menatap Alfa dan Natalie secara bergantian. Sepulang sekolah dia mendapat pesan dari Alfa untuk ke kafe tempatnya bekerja paruh waktu karena ada hal penting yang ingin dia sampaikan.

"Kenapa? Kok kalian serius banget?" tanya Arvin setelah menyeruput orange juice.

Natalie menatap kekasihnya. Melalui tatapan, Natalie meminta agar Alfa memberitahukan yang sebenarnya kepada Arvin.

"Sebelumnya Kakak minta maaf."

"Apaan, sih?" Arvin semakin tidak mengerti dengan situasi ini. "Sebenarnya ada apa? Jangan buang-buang waktu dengan bikin aku penasaran kayak gini, lah."

Alfa mengusap wajahnya. Dia berusaha mengumpulkan keberanian untuk mengatakan hal ini kepada adiknya.

"Kondisi Bunda semakin memburuk," kata Natalie yang berhasil membuat Alfa dan Arvin menatapnya kaget.

"Hah? Gimana?"

"Ah ... begini, Vin. Ginjalnya Bunda semakin memburuk. Menurut Dokter saat check up terakhir, Bunda harus segera dioperasi."

Arvin menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi. "Kenapa baru kasih tahu sekarang?"

"Kakak kamu gak mau hal ini menganggu konsentrasi belajar kamu. Karena Kakak kamu tahu sebentar lagi kamu akan mengikuti ujian," kata Natalie menjelaskan.

"Terus kenapa kasih tahu sekarang? Minggu depan aku udah ujian, loh."

"Sori, Vin. Kakak pikir, Kakak bisa menanganinya sendiri. Tapi, bulan ini Kakak banyak pengeluaran di kampus."

"Kak Alfa tenang aja. Aku bisa cari cara agar Bunda bisa segera dioperasi," kata Arvin setelah melihat raut wajah sedih di wajah kakaknya.

"Apa aku sebaiknya berhenti kuliah?" tanyanya pada Arvin dan Natalie.

"Alfa, kamu udah semester enam, loh. Setahun lagi selesai." Natalie berusaha memberi pengertian.

"Iya, aku tahu. Tapi, setahun ke depan banyak biaya yang harus aku keluarkan. Lebih baik uangnya aku pakai untuk biaya pengobatan Bunda."

"Alfa, kamu—"

"Selesaikan kuliah kamu, Kak. Aku akan cari uangnya. Kak Alfa dan Kak Natalie cukup bantu aku cari donor ginjal buat Bunda."

"Aku siap. Aku siap donorin ginjal buat Bunda," kata Alfa yakin. Ucapan Alfa membuat Natalie menatapnya dengan tatapan berkaca-kaca.

"Kamu yakin bisa hidup dengan satu ginjal?" tanya Natalie.

"Kamu tenang aja." Alfa mengusap air mata yang baru saja menetes dari mata pacarnya. "Bunda mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkan aku. Bahkan setelah Ayah meninggal, meskipun dalam keadaan sakit, Bunda bekerja keras untuk membiayai kehidupan kami. Hanya ini yang bisa aku lakukan untuk Bunda sekarang."

Sebagai seseorang yang sudah menjalin hubungan selama lima tahun lebih bersama Alfa, Natalie tahu betul bagaimana keluarga pacarnya berusaha mempertahankan hidup. Dia selalu merasa bangga melihat bagaimana keluarga ini tetap saling menyayangi meskipun masalah datang silih berganti.

Arvin & NadiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang