Surat untuk Arvin

40 3 4
                                    

[SPECIAL CHAPTER]

Dari : Nadia Clarissa Winata
Untuk : Arvin Ganendra

Aku cukup terkejut mendapat surat darimu, Arvin. Aneh sekali karena di zaman sekarang kamu masih menggunakan surat untuk berkomunikasi.

Awalnya aku berniat untuk tidak membalas surat darimu, karena bukankah kita sudah selesai? Kamu seharusnya tidak perlu membahas masa lalu lagi.

Tapi, benar katamu. Ada perasaan yang tidak bisa kita pahami dengan logika. Aku juga merasakan hal yang sama sepertimu. Jadi, aku tidak bisa menjelaskannya padamu karena aku memang tidak bisa mengerti bagaimana perasaan itu.

Aku juga membalas surat darimu karena sudah mendapat izin dari Sean. Katanya, lain kali jangan menulis surat lagi. Bertemu saja secara langsung. Tapi, jangan berdua. Harus berempat.

Arvin, pernah kukatakan bahwa kita sudah berada di jalan yang tepat, jalan yang semestinya kita lalui masing-masing. Namun, ketika aku kehilanganmu, aku merasa bahwa sepertinya kita berdua telah mengambil keputusan yang salah. Ya, aku sempat berpikir seperti itu.

Sampai akhirnya, semesta membuatku tidak bingung lagi. Keputusan yang kita ambil bertahun-tahun yang lalu sudah sangat tepat. Kita tidak harus bersama untuk bahagia.

Arvin, sebenarnya aku juga tidak berniat untuk benar-benar melupakanmu. Kamu adalah cinta pertamaku, pacar pertamaku, dan patah hati pertamaku. Mana mungkin bisa melupakanmu? Rasanya seratus tahun pun tidak cukup untuk benar-benar melupakanmu, kecuali aku amnesia.

Aku selalu mengenangmu, Arvin.

Mengenangmu sebagai orang yang membuatku merasakan pelukan kedua orang tuaku yang selalu aku butuhkan. Karenamu, aku bisa melihat wajah khawatir mereka jika harus kehilanganku. Dengan begitu, aku akhirnya tahu bahwa mereka ternyata menyayangiku sebagai seorang anak.

Terima kasih, ya. Terima kasih sudah membuatku merasakannya.

Dan, aku ingin menyampaikan satu hal yang tidak pernah kukatakan padamu.

Aku bangga karena telah mendampingimu menjadi tokoh utama dalam ceritamu di masa putih abu-abu, Arvin. Aku bangga karena dengan menjadi pacarmu, aku bisa melihat sisi lain dari kehidupan. Bahwa bahagia tidak selalu tentang uang, tapi dengan melihat orang lain bahagia, kebahagiaan juga akan datang menghampiri dengan sendirinya. Apalagi alasan kebahagiaan mereka adalah kita.

Aku juga mengagumi satu hal darimu, yaitu sifat pekerja keras dan suka membantu yang tertanam dalam dirimu. Semoga kamu tetap mempertahankannya, ya?

Kurasa sudah cukup.

Baiklah. Salam kenal, temanku Arvin.

Arvin & NadiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang