“Selama ini kita terlalu sering memberi luka sampai lupa untuk saling memberi kebahagiaan.”
✍️✍️✍️
Sesuai kesepakatan, Arvin menjemputnya di taman kompleks perumahannya.
Namun, ada hal yang membuat Nadia bingung. Arvin tidak menggunakan motornya untuk menjemput Nadia, tetapi menggunakan motor lain.
Ternyata itu adalah motor kakaknya yang dia pinjam. Arvin menjelaskan bagaimana dia menjual motornya hanya untuk membiayai operasi ibunya dan untuk membayar uang sekolah.
Jam menunjukkan pukul 21.45 ketika mereka tiba di suatu tempat. Arvin membawanya ke Monas.
Nadia melepaskan helmnya lalu turun dari motor Arvin.
Mereka berjalan mendekati tugu itu. Nadia menatap sekelilingnya dengan takjub. Matanya berbinar seakan baru pertama kali melihat pemandangan yang begitu indah ini.
Selama hidup, dapat dihitung dengan jari Nadia bisa jalan-jalan keluar rumah seperti ini. Dia ingat, terakhir kali dia datang di tempat ini saat dia berusia 10 tahun. Itupun datangnya dengan Kakek Ben.
"Sayang sekali, aku gak bawa kamera," gumam Nadia terdengar kecewa. Menurutnya pemandangan seperti ini harus diabadikan.
Arvin tersenyum. "Kamu bawa."
"Kamera ponsel?"
Arvin menunjukkan tangannya yang sedang memegang kamera baru. Kamera yang hampir mirip dengan kameranya sebelumnya.
Nadia terkejut melihat kamera di tangan Arvin itu. "Ini kamera siapa?"
"Kameramu," jawab Arvin sambil memberikan kamera itu kepada Nadia.
Nadia menatap kamera itu sebelum menerimanya dari tangan Arvin. "Ini ...."
"Hadiah ulang tahun dariku untukmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Arvin & Nadia
Novela Juvenil[SELESAI] Tentang Arvin dan kehidupannya yang hancur; tentang Nadia dan dunianya yang hilang; tentang Arvin dan Nadia yang tanpa sadar telah menjalin hubungan yang tidak seharusnya terjalin. "Kita adalah dua hati yang dipersatukan untuk menciptakan...