“Kebahagiaan mereka bukan tanggungjawabmu. Mereka sendiri yang bertanggungjawab untuk kebahagiaan mereka, dan kamu sendiri yang bertanggungjawab untuk kebahagiaanmu.”
️✍️✍️✍️
Nadia sedang merias dirinya sendiri di depan cermin. Sebentar lagi acara ulang tahunnya yang ketujuh belas akan dimulai. Meskipun sebenarnya Nadia tidak ingin merayakan ulang tahunnya.
Perayaan ulang tahun di rumah Arvin sudah berhasil membuatnya sangat bahagia.
Pintu kamarnya terbuka. Nadia tersenyum melihat Reinhard dan Inggrid. Kedua orang tuanya itu pulang di waktu yang tepat.
Gadis itu berdiri, lalu berjalan mendekati kedua orang tuanya. Dia berharap akan mendapat ucapan selamat dan pelukan hangat. Namun sayangnya, ayahnya memberikan hadiah ulang tahun yang tidak terduga.
Plak!
Tamparan lagi.
Ya, Reinhard memberinya hadiah ulang tahun yang mungkin tidak pernah diberikan oleh seorang ayah pada umumnya. Bukannya mendapat ucapan selamat, Nadia justru menerima tamparan keras.
"Apa saja yang kamu lakukan bersama cowok itu tadi malam? Tidur bersama? Hah? Jawab!"
Nadia mendongak agar bisa melihat wajah ayahnya. Dia tidak tahu darimana ayahnya tahu bahwa tadi malam dia bersama Arvin.
"Nadia, apa yang kamu lakukan tengah malam bersama cowok itu?" Inggrid menatap Nadia marah. "Bukannya sudah kami peringatkan untuk menjauhi dia?"
Reinhard mendorong Nadia sehingga membuatnya hampir jatuh. Namun, Nadia tidak bisa berbuat apa-apa. Untuk mengelak pun dia begitu takut.
"Apa kata orang melihat ketua OSIS keluyuran malam-malam bersama cowok tidak jelas?! Hah?!"
"Papi." Chandra yang mendengar suara keras dari ayahnya langsung datang ke kamar kakaknya. "Kenapa lagi, sih?"
"Di mana kamu saat Kakak kamu keluyuran?" tanya Inggrid pada Chandra. Cowok itu menatap kakaknya. Sebenarnya Chandra tahu Nadia keluar rumah bersama Arvin. Namun, Chandra sengaja tidak menahannya.
"Ini hari ulang tahun Kak Nadia. Bisa gak, sih, gak usah marah-marah?" Chandra membela Nadia.
"Ah!" Reinhard tampak melonggarkan dasinya. "Ini peringatan terakhir, Nadia. Papi akan keluarkan dia dari sekolah."
"Papi, Arvin gak salah—"
"Berhenti membela anak gak jelas itu!" tegas Inggrid. "Mami udah gak tahan lagi dengan sikap keras kepala kamu setelah kenal dia."
"Mami, udah. Jangan marahin Kakak," ucap Chandra.
"Kalian berdua sama aja! Bisanya cuma bikin Mami sama Papi pusing!" Setelah mengatakan itu, Inggrid berlalu meninggalkan mereka untuk mempersiapkan diri.
"Anak tidak tahu diri," kata Reinhard sebelum menyusul istrinya.
Chandra mendekati kakaknya, lalu mengusap punggung Nadia untuk memberi kakaknya itu kekuatan. Karena bagaimanapun juga, Nadia harus terlihat baik-baik saja di pesta hari ulang tahunnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arvin & Nadia
Fiksi Remaja[SELESAI] Tentang Arvin dan kehidupannya yang hancur; tentang Nadia dan dunianya yang hilang; tentang Arvin dan Nadia yang tanpa sadar telah menjalin hubungan yang tidak seharusnya terjalin. "Kita adalah dua hati yang dipersatukan untuk menciptakan...