My Playlist - When I was Your Man by Bruno Mars
____________________________Luna terbangun dari tidurnya, jam menunjukan pukul 04.50 pagi. Ia tertidur cukup lama karna lelah menangis berjam jam, kemarin setelah ucapan terakhir Nicholas, Luna memilih untuk masuk kedalam kamarnya dan Nicholas pun terdengar meninggalkan apartemennya. Walaupun ia tahu Nicholas telah meninggalkan Apartemennya, ia tetap mengurung dirinya dikamar untuk menangis.
Semalam seluruh berita menayangkan tentang pemotretan couple Justin dan Dasha. Hatinya semakin hancur, dulu Justin tidak pernah berpotret bersamanya karna Luna tidak ingin semua orang tau tentang mereka. Dan lagi Justin pernah bilang jika ia tidak terlalu menyukai pemotretan seperti itu.
Tamparan Nicholas terlalu banyak, dimulai dari fisik hingga mental. Nicholas menamparnya dengan kata katanya, berusaha menjauhkan dirinya dari kenyataan. Kenyataan bahwa ia adalah kekasih Justin. Justin pun terlihat sangat tidak peduli dengan Luna yang dipermalukan didepan orang banyak.
Bagaimanapun ucapan Justin dan Nicholas, Luna tidak akan berhenti mengejar Justin. Justin mengingatnya, Justin mencintainya, Justin kekasihnya dan Justin miliknya.
Luna mengecek handphonenya, dari semalam handphonennya terus bergetar. Dan benar saja Sesil berusaha menghubunginya berpuluhan kali, hanya Sesil yang mengkhawatirkannya. Luna pun mengirimkan pesan pada Sesil untuk mengatakan bahwa dirinya baik baik saja.
Pukul 05.15 Luna mebersihkan dirinya, bersiap siap untuk pergi ke Caffe tempat ia bekerja. Dengan menggunakan Taxi Luna dapat sampai di Caffe tepat pukul tujuh pagi, jam buka Caffe itu adalah 07.15 ia masih mempunyai beberapa menit untuk membersihkan Caffe sebelum di buka
"Morning Lunaiz" Luna tersentak melihat Andrew sudah berdiri didepannya dengan lap ditangannya dan terkekeh melihat reaksinya "maaf jika aku mengaggetkanmu"
"Morning An, dimana Denisa? kukira kau mendapat shift sore?" mata Andrew memicing, ia tidak menjawab pertanyaan Luna, matanya sibuk menatap pipi Luna yang terlihat jelas bengkak di sebelah kirinya
"Ada apa dengan pipimu?" Luna segera memegang pipinya sepertinya Andrew bisa melihat bekas tamparan Nicholas "kau buka dulu tokonya, aku akan ambil es batu buatmu"
senyuman Luna mengembang mengetahui ia mempunyai teman yang memperhatikannya. dan beruntungnya Andrew bukanlah tipe memaksa Luna untuk bercerita. sesuai permintaan Andrew, Luna beranjak dari tempat duduknya menuju pintu untuk mengganti papan tanda menjadi 'open' sebelum ia pergi kedapur.
"Apa begitu keliatan? Aku sudah berusaha untuk menutupinya dengan make up" Luna mengambil es batu yang sudah di dalam pelastik dan ditutupi dengan kain dari Andrew
"Tidak terlalu tapi aku melihatnya pipimu besar sebelah" ucap Andrew sembari memakai apronnya bersiap untuk menyambut pelanggan. pandangan mereka teralihkan mendengar bunyi lonceng tanda seseorang datang.
"Hey maaf aku terlambat" ucap Denisa yang terburu buru melihat ia terlambat dua puluh menit, pintu Caffe terbuka diiringi suara lonceng kecil menandakan pelanggan datang "biar aku saja"
"Aku akan siapkan peralatannya di dapur, kau kompres saja pipimu" ucap Andrew, Luna mengangguk dan tetap duduk di salah satu pojok dapur mereka. Dari tempatnya ia dapat melihat pagi ini sudah banyak pelanggan yang datang untuk sekedar meminum kopi di pagi hari.
"apa es batumu sudah mencair semua?" Tanya Andrew saat melihat Luna menghampirinya.
"Tidak, aku hanya tidak mau melihat kau dan Denisa sibuk sedangkan aku hanya duduk di pojok bersantai"
"Tidak apa, kau bis-"
"Andrew, dimana Caramel Macchiato meja nomor Lima?" Sahut Dannisa "bisa antarkan? Caramel Macchiato tidak enak jika dingin"
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Sorry But You're Mine [END]
RomanceJUSTIN BIEBER - What does that bitch want from me? -Sneak peek- "jika tidak bisa jangan berlagak superhero di depan anak kecil" sinis Justin tanpa menatap Luna dan terus memsang Lego itu dengan teliti ucapan Justin memang lah benar Luna belum per...