Lilin Kecil

3.9K 882 239
                                    

Halo! Maaf baru up sekarang 😅 semoga masih ada yang ingat cerita ini haha. Buat kalian, jaga terus kesehatan ya, semoga di tahun baru ini kita bisa lebih bahagia. Aamiin. Selamat membaca 👋🏻

🍂

Ada pepatah bilang kalau ayah menyimpan tempat tersendiri untuk anak perempuannya. Entahlah, mungkin benar, tapi apa Bapakku bisa masuk hitungan? Kalau dipikir-pikir, aku lebih seperti ‘ekor’ Bapak, dibanding anak perempuan yang memiliki ‘tempat tersendiri’.

Dari semasa TK sampai umurku yang sekarang, Bapak masih sangat gemar membawaku bepergian. Bukan untuk menemani liburan, bertemu kolega bisnis, atau pertemuan mewah lainnya, tapi lebih seperti menemani membayar tagihan listrik, air, pajak, memancing, atau seperti sekarang, menemani Bapak membeli bakau. Iya, tembakau. Bapak memang tipe bapak-bapak yang gemar udud lintingan ketimbang rokok bungkusan. Walaupun sama-sama buat bengek.

“Bagus pakai kaus yang ini aja apa yang ada kerahnya, Rum? Hei, Dek?”

Bapak berdiri di depan cermin dengan kaus bergambar John Lennon yang hampir terlihat memudar karena sudah terlampau sering dipakai.

Sebagai informasi, kita hanya akan pergi ke pasar.

“Apa? Ya udah yang itu aja.” Jawabku singkat. Bukan apa-apa, biar cepat saja sebenarnya.

“Hm, tapi udah belel gini. Mending pakai yang ada kerahnya aja, ya?”

“Iya, gimana Bapak aja .”

“Eh tapi pakai yang ada kerahnya malah kelihatan kayak bapak-bapak, gak sih?”

“Mohon untuk sadar diri Ayahanda.” Jawabku menirukan gaya bicara drama kolosal.

Akhirnya aku melengos ke depan rumah, menunggu Bapak yang masih ribet masalah baju.

Tidak lama Bapak keluar menenteng tas gitar.

“Pak, bukannya mau beli bakau? Kok bawa gitar?”

Bapak membuka bagasi, lalu meletakkan gitar di dalamnya.

“Iya, kita ke pasar dulu, terus mampir buat benerin gitar. Kemarin tuner senar nya kepentok tembok, jadi patah. Padahal nanti lusa mau latihan buat acara kumpulan komplek.”

“Emang Bapak mau ngapain?”

“Ya tampil lah, buat segmen hiburan.”

Oke. Sekarang aku tahu kenapa Bapak bisa berjodoh sama Ibu.

🍂

Sepulangnya dari pasar, Bapak membawaku ke toko alat-alat musik di Jalan Naripan. Jujur saja, aku sering melewati toko ini tapi baru kali ini memasukinya.

Bapak langsung bercakap-cakap dengan salah satu pelayan toko, sepertinya Bapak sudah cukup sering bertandang kesini. Sembari menunggu, aku melihat-lihat jajaran gitar akustik yang menggantung rapi.

“Oalah Pak Mardja, kemana saja?”

Sontak aku menengok ke arah sumber suara yang sedikit mengejutkanku.

“Wah, Pak Joemi yang kemana saja? Tumben ada di Bandung.”

Bapak bersalaman dengan bapak-bapak yang baru saja keluar dari dalam toko. Mungkin kenalannya.

Eh, sebentar.

Melihat dari kacamatanya, tidak, dari wajahnya,

Wiranata - KusumaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang