Bandung di musim panas jadi kota yang paling sibuk. Liburan, pekerjaan, dan—
skripsi.
Bab I - revisi - Bab II - revisi - begitu saja seterusnya.
Mataku menatap lekat deretan kalimat berbahasa Inggris dari buku Picturng Islam: Art and Ethics in A Muslim Lifeworld karya Kenneth M. George. Demi Tuhan, aku harus bolak-balik menerjemahkan kalimat yang tidak kupahami. Maaf saja aku tidak se-'bule' itu untuk paham semua kalimat di buku ini.
"Rumiii..," sepertinya itu suara Ibu.
"Aurumi!" Hm, memang suara Ibu.
"IYA BU," jawabku setengah berteriak.
Aku bergegas menuruni tangga kayu yang masih belum kering setelah dipel tadi.
Kulihat Ibu masih setia mencicipi lumpia basah di wajan saat aku turun dan bersandar di samping lemari es.
Aku masih diam, enggan bertanya.
"Rum—"
"Aku di sini Bu, " potongku cepat.
Ibu menoleh lalu tersenyum aneh.
"Ibu mau ke Cimahi, nengok Teh Yanis, katanya lahiran tadi subuh."
"Kamu jaga toko, ya. Karyawan pada cuti sebagian, Ibu ga lama kok nanti siang juga udah pulang, " tambah Ibu sembari memasukkan lumpia basah ke tupperware.Aku menghela nafas malas.
"Ibu, revisian aku masih bel—"
"Nanti Ibu nyumbang deh buat beli album cowok-cowok ganteng itu"
"Oke," jawabku cepat.
Iya, aku memang semudah itu kalau masalah cowok-cowok ganteng.
💑
Mataku menatap malas ibu-ibu yang tengah bersikukuh menawar harga dengan salah satu karyawan toko.
"1.500 sa-kancing Bu, bahanna sae ieu mah (1.500 sekacing Bu, ini bahannya bagus)"
"Meni awis Teh, 500 we atuh (Mahal Mbak, 500 aja)"
"Tiasa dikirangan pami meserna sa-ons mah (Bisa dikurangi kalau belinya se-ons)"
Tawar aja terus Bu, sampe Persib juara Liga 1
Si Ibu cemberut tapi akhirnya dibeli juga. Hadeh.
Jam 11.30, cuaca di kawasan Bandung kota cukup panas.
Biasanya Mang es cingcau atau es doger lagi mejeng di samping toko, tapi hari ini belum terlihat.
Mataku sudah berair menahan kantuk, sebelum akhirnya beberapa laki-laki berseliweran dengan baju koko dan sejadah yang disampirkan di bahu menyita perhatianku. Oh iya, ini hari Jum'at. Lihat nya jadi adem.Memang benar ya, katanya cowok jadi nambah ketampanannya saat pergi Jum'atan.
Aku masih setia memandang pemandangan indah di luar, namun dengan refleks sudut matakau beralih ke arah toko Enci Lin. Kulihat seorang laki-laki bermata sipit tengah mengibas-ngibaskan rambutnya yang terlihat sedikit basah. Dahiku mengergnyit, sejak kapan Enci Lin punya karyawan koko-koko?
Kira-kira seperti ini visualnya si Koko itu.
Hm.Hai, hehe 😄
Oh iya, terimakasih yang teramat sangat untuk My Lovely Sista atas editannya, huhu gemes banget.
Terimakasih juga untuk kalian yang udah nyempetin buat baca work aku ini. Tetap tunggu kelanjutannya, ya. See ya..