Lebih dari Sekedar Kata

3.7K 827 277
                                    

Halo kembali 😊 Aku senyum-senyum sendiri baca komentar yang ngira udah end 😄 aaaa aku masih kangen Nata dan Rumi, jadi nanti dulu deh end-nya hehe. Okay, selamat membaca!

🍂

Sedikit saja rasa tidak tahu maluku mencoba mendominasi, mungkin aku akan menjerit saat ini. Bagaimana tidak, Nata memotong rambutnya pendek.

Iya,

Dia jidatan.

Iya,

AKU INGIN MENJERIT.

“Dari mana, Rum?”

Nata mengambil gembok yang tersangkut dari folding gate.

“Hm?”

“Dari mana?” Ulangnya.

Ah, aku baru menyadari Nata sedang memakai kaus hitam polos juga. Oke, ini double kill.

“Beli lemper.” Jawabku sembari mengangkat keresek dari tanganku.

Aku hanya mendengar gumaman ‘oh’ dan suara gemeringcing kunci dari tangannya.

“Nata.”

Dia menoleh kembali.

“Kamu potong rambut.”

Sontak Nata mengacak-acak rambut pendeknya.

Oh, tolong, hentikan.

“Iya, kemarin udah agak panjang. Kenapa? Aneh?”

Tipikal pertanyaan mengetes yang sebenarnya tidak perlu dilontarkan, karena pada dasarnya dia hanya ingin orang lain menyangkalnya.

Tapi ini Nata, kemungkinan besar memang serius bertanya.

Aku ingin menjawab ‘kamugantengbangetakupengenpingsanajaliatnya’ tapi, mana mungkin.

“Mm, cocok kok. Tipikal rambut kesayangan calon mertua, yang kamu baru bertamu aja langsung dikasih restu.” Ucapku.

Dia mengernyit, bersamaan dengan suara bising gesekan dari folding gate.

“Oh hei Rumi, udah lama jarang liat.”

Sudah jelas suara milik siapa, Luki.

Aku hanya tersenyum tipis, entahlah tapi kurasa aku tidak perlu menanggapinya.

“Rum, mau sarapan bareng, gak?”

“Enggak, makasih.”

“Nyelekit.”

Nata menyenggol pinggang Luki.

“Duh Wir, tepat ke rusuk. Kalau di sepak bola kartu kuning, nih.”

Tanpa mempedulikannya, Nata melengos pergi.

“Oh, omong-omong hari ini boleh setengah hari, gak?”

“Enggak.”

“Loh kok? Si Kembar aja minggu kemarin boleh.”

Kulihat Nata sama sekali tidak menanggapinya, dia juga pergi tanpa berucap apapun kepadaku.

🍂

Baru saja aku bersorak girang pagi tadi, tapi saat ini mataku dibuat iritasi dengan sekumpulan anak gadis yang tengah berkerumun di Toko Widjaya. Jika pembeli biasa aku tidak peduli, tapi kali ini berbeda, mereka jelas tipe pembeli bermotto 'sambil menyelam minum air, tapi nyelamnya enggak, minum airnya iya'.

Wiranata - KusumaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang