23 • Bimbang

573 129 3
                                    

"Bunda, Please

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bunda, Please. Berikan satu alasan biar aku ikutin kata-kata bunda soal ballet! Kenapa bunda sebenci itu soal ballet?"seru Dhisa dengan pipinya yang sudah basah dengan derai air mata yang mengalir deras.

Matanya berkaca-kaca melihat punggung bundanyayang hendak masuk ke kamar. Bunda membalikkan badannya dengan wajah yang penuh air mata juga. Doyoung membantu Dhisa untuk bangun. Dengan sempoyongan Dhisa jalan mendekat ke arah bunda dengan tuntunan Doyoung. Matanya terus menatap tajam mata bunda seakan berkata, "Cepat berikan aku jawaban yang sebenarnya, Bun."

Bunda Boa menghela napas panjang, "Bi, tolong ambilkan album foto berawarna merah di laci meja rias saya."

Bibi mengangguk paham dan segera membawakan album foto yang cukup tebal yang sudah terlihat usang. Bunda mengambilnya dan duduk di kursi tamu dan perlahan membukanya. Entah, Dhisa kebingungan dan hanya mengikuti bundanya untuk duduk tak jauh darinya, begitu pula Doyoung.

Bunda membuka halaman paling terakhir dari album tersebut, mengambil satu foto di balik foto lainnya. Mengeluarkannya dan menunjukkannya pada Dhisa, anaknya.

"Bagi bunda, itu luka."

Dhisa meloto kaget setelah melihat foto yang diberikan bunda, ia terganga sambil menggelengkan kepala tak percaya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dhisa meloto kaget setelah melihat foto yang diberikan bunda, ia terganga sambil menggelengkan kepala tak percaya. Ia kembali bertanya pada bundanya, memastikan apa yang ia pikirkan itu benar, "Ini siapa?"

"Bunda."

Dhisa tetap kaget dengan jawaban bundanya dan menengok ke arah Doyoung dengan tatapan tak percaya.

"Itu foto terakhir bunda ada di panggung, foto terakhir bunda memakai pointe shoes dan leotard milik bunda. Dan foto terakhir bunda untuk menjadi seorang ballerina."

Dhisa menyeritkan dahinya tak paham, "Masa tersulit bunda ada diwaktu umur tujuh belas tahun, saat bunda dicurangi dan tak lagi dipercaya oleh kakek nenek kalian."

"Itu lomba ballerina nasional dan lawan bunda adalah sahabat bunda sendiri. Dia melalukan hal yang jahat, ia merekomendasikan tutor yang salah. Tutor itu memberitahu bunda untuk bersiap menampilkan tarian ballet klasik sedangkan ternyata yang dilombakan tarian ballet revolution."

Kelas Atas [NCT] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang