Mystery + Romance Fanfiction.
Kehidupan sekolah yang semula hanya berisikan tentang nilai dan peringkat, kini berubah semenjak Jaehyun menemukan potret laki-laki misterius yang menjadi awal mula kekacauan kehidupan mereka.
‼️Penuh dengan teka teki...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Di perjalanan pulang, Doyoung dan Dhisa mencoba menutupi rasa gugup mereka.
"Udah pasti Bunda bakal marahin gue, Doy. Tapi kenapa lo jemput gue? Malah lo ikut kena marah nanti."
"Lo kira gue gila apa terus-terusan liat lo di kurung di ruangan itu lagi," jawab Doyoung yang terus fokus melihat ke arah jalan.
Sesampainya mereka di area rumah elit salah satunya adalah rumah mereka. Bahkan bukan hanya rumah yang luas, halaman mereka juga sangat luas. Mereka harus melewati gerbang besar di bagian paling depan lalu kemudian melewati jalanan yang di kanan kirinya rerumputan tumbuh dengan rapi bersama patung besar di beberapa titik. Barulah mereka sampai di sebuah rumah dengan nuansa klasik, dinding didominasi oleh warna putih, rumah berlantai dua tapi sangat luas.
Perlahan terlihat satpam membuka gerbang, "Den, Non. Apa gak takut?"
Pertanyaan itu membuat Doyoung dan Dhisa makin gugup.
Dhisa tersenyum kecut. Doyoung memarkirkan motor dan memberikan kunci motor itu ke satpam.
Tiba-tiba keluar dari pintu samping bibi pembantu yang mengenakan celemek dan tangan penuh dengan adonan kue.
"Non, Den. Sudah di tunggu Ibu di ruang tamu."
Doyoung menganggukkan kepalanya dan menarik tangan Dhisa untuk segera masuk ke dalam. Dhisa menggenggam erat tangan Doyoung sambil menutupi rasa takutnya.
Mereka menuju ruang tamu yang terlihat dari kejauhan, perempuan yang mengenakan pakaian formal itu berdiri dengan tangan di lipat di depan dada. Perempuan yang aslinya hanya seorang ibu rumah tangga, kini kesehariannya bermain saham dan shopping bersama perempuan seumurannya itu menunjukkan tampang galaknya.
"Sudah selesai buang-buang waktunya?" kata Bunda membuka perdebatan ini.
Dhisa menundukkan kepalanya. Sedangkan Doyoung tampak biasa saja.
Bunda duduk di sofa di belakangnya sambil terus menatap kedua anaknya itu. Doyoung dan Dhisa yang merasa di persilahkan duduk, menggeser posisi mereka dan berniat untuk duduk di sofa yang lain.
"Siapa yang suruh kalian duduk?" tanya Bunda dengan ketus.
Doyoung dan Dhisa terkejut dan mengurungkan niat mereka.
Bunda mengeluarkan selembar kertas dan memberikannya ke Doyoung. Lembaran itu adalah jadwal ujian semester sekolah.
"Udah tau ada ujian semester besok kan?"
"Udah, Bun," jawab mereka serempak.
Bunda menarik kembali kertas itu dan memukulkan kertas itu ke kepala Doyoung dan Dhisa dengan bergantian.
"Kalau udah tau, kenapa gak belajar?!" bentak Bunda yang kemudian melempar kertas itu ke lantai.
Dhisa yang dibentak tak bisa membendung air matanya. Perlahan air matanya menetes.