Hitam Putih

62 6 0
                                    

Vika sudah terbiasa dengan tatapan seperti itu disekitarnya. Ya, dia memakainya bukannya beberapa minggu, tapi sudah hampir 3 tahun. Tak heran ia tak acuh pada tatapan dan omongan disekitarnya. Asalkan tidak menggunakan fisik atau mengumpat di depannya saja ia akan menganggap itu bualan biasa. Minuman Cup Tea dingin yg tersisa setengah berada disamping ia duduk.

Ditaman itu seperti biasa ia menikmati senja sambil membaca novel. Dari pada dikost sendiri lebih baik ia pakai untuk menyejukkan pikiran diluar. Kegiatan membacanya tiba-tiba sedikit terusik dengan notif di handphone. Ia menutup novelnya dan segera mengececk handphonenya

"Fauzan ? Tumbenan" setelah bergumam demikian, Vika melihat isi chat dari temanya laki-laki yang bisa dibilang paling dekat dengannya

(Fauzan) : Vi sibuk ?

(Saya) : nggak, ngapa ?

(Fauzan) : kirim alamat kostmu yg skrg dong, plz jan tanya nanti tau sendiri

(Saya) : ih kok tiba2 bgt, ngapain?

(Fauzan) : yaelah.. udah nanti tau sendiri, nggk kok kalo aku ngirim bom. Udah cepetan

(Saya) : awas aja lu aneh2

Vika merasa janggal, gak biasanya Fauzan seperti itu. Tapi dia berusaha berpikir positif

"Mungkin mau ngasih hadiah hehe, dasar Fauzan gak jelas"

Setelah ia selesai, ia kembali melihat sekelilingnya lagi. Tak jauh dari tempatnya duduk ada wanita yang berpenampilan sama dengannya. Vika tersenyum, dia tidak sendiri rupanya. Tetapi tunggu, ada yang aneh dari wanita itu. Ia terlihat menyeka dibawah matanya. Apa dia sedang menangis ?

****

Aiska mulai melepaskan dengan pelan tali cadar dibelakang kepalanya. Namun sebelum cadar itu terlepas dengan sempurna, ada tangan yang mencegahnya.

"Loh kenapa dilepas ? Banyak cowok yang lihat nanti" cegah Vika yang lalu membantunya mengikat kembali cadar itu dibelakang

"Maaf, apa kita saling mengenal ?"

"Hayuk kenalan sekarang. ana Vika, anti siapa?"

"Aiska kak !"

"Namanya cantik, orangnya pasti lebih cantik didalam cadar ini. Kamu umur berapa Aiska ?"

"Aku 17"

"Oh, masih imut-imut kenapa kamu nangis ? Maaf sebelumnya, kakak ikut campur. Kamu ada masalah apa ?"

Aiska diam. Dan sepertinya dia mulai sesenggukan. Vika membiarkannya menangis sampai dia tenang. Cukup lama Vika menunggu sampai Aiska mulai bicara

"Mungkin aku nggak pantes kak pake cadar !"

"Loh kenapa? Siapa yang bilang ?"

"Banyak temanku yang bilang"

"Alasannya ?"

"Mungkin karena aku mantan wanita murahan"

Ekspresi Vika berubah, iya sedikit kaget. Namun ia memahami perkataan wanita didepannya. Ia harus berhati-hati, salah-salah ia bisa saja melukai hati Aiska. Vika berusaha tenang dan mulai bertanya kembali

"Maaf Aiska, bisa kamu jelaskan detailnya ?"

Aiska mendongak ke wajah Vika, tangannya mulai dingin

"Nggak papa Aiska, jujur saja sama kakak. InsyaAllah kakak dengerin sampai selesai"

"Aku malu sama kakak, aku benar-benar malu kak. Dulu aku dicap wanita murahan, karena sering melakukan zina. Bahkan tidak hanya satu laki-laki. Itu karena aku salah pergaulan kak"

Cinta Diakhir Tasbih (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang