sebuah pilihan

31 5 0
                                    

       Kala itu Vika seperti biasa duduk di taman kampu, sepertinya taman memang salah satu tempat favoritnya. Karena menurutnya taman ialah tempat seseorang menumpahkan segala emosinya disana. Begitu pula sekarang. Ia begitu terobsesi dengan tempat yang tenang. Ayunan itu selalu dipilihnya dari pada pada 1 ayunan disebelahnya. Karena letaknya yang lebih dekat dengan pohon. Anginnya cukup kencang menemani keheningan ditempat yang tak banyak mahasiswa lain sukai karena tempatnya yang sedikit memencil dari bagian kampus lainnya.

       Ibnu melihat dari kejauhan pada gadis itu. Entah bagian mana pertama kali ia mulai menyimpan rasa oleh seseorang yang terlihat misterius baginya. Ternyata Vika cukup populer dulunya. Karena rupanya yang rupawan ditambah kecerdasannya. Hal itu ia ketahui dari Putri.

       Dahi Ibnu mengernyit ketika ia melihat seseorang lelaki menghampiri Vika, dia memberi sebuah kertas dan sebuah alat tulis pada Vika. Vika terlihat heran namun seperti tak berkata apa apa. Sejenak ketika lelaki itu berbicara, kemudian ia pergi meninggalkan Vika. Ibnu memfokuskan lagi pandangannya pada Vika. Terlihat dia menulis sesuatu diatas kertas itu. Lalu Vika  pergi kearah lain, meninggalkan kertas itu diayunan. Tak seberapa lama, lelaki itu kembali mengambil kertas yang ia beri tadi. Seketika dia
Seperti mengangguk kecewa dan duduk di ayunan itu. Kertas apa itu ?

        Vika memasuki kelasnya yang seperti biasa sangat ramai teman temannya berbicara satu sama lain. Hari ini mungkin dosen tidak datang. Kantuknya sedikit hilang karena kejadian tadi. Barusan ia dilamar secara langsung oleh seorang lelaki. Aldi, anak jurusan hukum yang beberapa hari ini sering memperhatikannya. Kertas yang Aldi berikan tadi berisikan ajakan menikah. Namun ia hanya menuliskan kata "maaf" dibawahnya. Aldi berkata setelah meninggalkan kertas itu padanya. Bahwa ketika Vika menolaknya, ia hanya perlu menulis seperlunya dan meninggalkannya di ayunan.

        Vika menghela nafas panjang. Ditatapnya sekeliling kelasnya. Suasana yang ramai, namun sangat sepi baginya. Lalu ia mengambil tasbih digital dan seperti biasa ia bertasbih untuk menghilangkan segala kekosongan hatinya.

****

       Bunga mawar putih yang ia petik disuatu tempat tadi Candra perhatikan lagi dengan seksama. Ia ingat akan seorang sekarang. Pria itu memejamkan matanya dan membayangkan dia ada disebuah bukit ilalang. Dimana ada sebuah danau ditengah tengahnya. Sebuah sore yang indah dengan angin yang tenang. Disuatu sudut ada seorang wanita dengan jubah krem. Hampir menyamai warna ilalang disekitarnya yang membuatnya seakan menyatu debgan tempat itu.

        Wanita itu membelakanginya dan menatap kearah danau. Entah mengapa dia ingin memberi mawar putih yang ia pegang ditangannya pada gadis itu. Ia melangkah ragu, namun tak mau berdiam di tempat. Wanita itu tau akan keberadaan seseorang dibelakangnya. Dan dia membalikkan badannya. Kini mereka berdua bertatap muka. Candra tersenyum lebar. Wajah cantik wanita itu membuatnya lebih indah dari mawar putih yang ia bawa.

       Namun dari arah lain datang seorang pria dengan bunga yang sama. Mereka bertiga bertatap muka. Candra melihat ke arah lelaki itu. Wajahnya tampak  asing, namun bukan itu yang menjadi ke khawatirannya sekarang. Melainkan mawar putih yang mereka berdua bawa sama2 ingin dipilih oleh gadis didepan mereka. Candra tak ingin mawar putih yang dibawa lelaki itu yang akan diambil oleh gadis itu.
Namun gadis itu mengeluarkan sebuah mawar putih lain disakunya, dan ia pergi meninggalkan mereka berdua sambil tersenyum. Lalu mendatangi seorang laki laki dan menggenggam erat tangannya.

Candra terbelalak.

       Ia baru saja bermimpi ternyata di meja sambil masih memegang mawar putih tadi, dilihatnya jam dinding di atas dinding kamarnya.

"Astaghfirullahaladziim"

        Candra mengusap usap matanya , ini jam 1 malam. Mimpinya membuatnya berkeringat. Gadis dalam mimpinya itu jelas sekali Vika. Dan pria yang ia hampiri jelas itu pria yang pernah ia temui dikampus Vika. Namun yang sama sama menawarkan mawar putih itu siapa ? Ia belum pernah sesekali melihatnya.

Cinta Diakhir Tasbih (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang