Perahu Kertas

34 4 0
                                    

Vika membuka matanya dan melihat bingung situasi disekitarnya, tempat yang sangat asing. Malam yang sangat sejuk namun tidak mendinginkan badannya sedikitpun. Malam berkabut yang sangat indah. Disekelilingnya ada beberapa pohon. Tak banyak, namun ukurannya menjulang besar. Walaupun seperti itu, Ia tak merasa takut sedikitpun. melainkan heran sedang apa ia disana. Perlahan ia melangkah kedepan, entah kakinya akan membawanya kemana. Dilihatnya sinar rembulan yang satu satunya menjadi penerangnya.

Dia berhenti sejenak. Dan tunggu ! Bukankah jarak bulan itu sangat dekat ? Tak pernah ia melihat bulan yang sedekat ini selama hidupnya. Vika mengangkat tangannya, lalu mengarahkan ke arah dimana bulan itu berada. Seperti menggenggam bola lampu, namun ia tak berbentuk. Hanya seperti gumpalan kapas yg bersinar transparan. dia tersenyum bahagia.

Sebuah bayangan mengalihkan perhatiannya. Hati yang penasaran mulai mencari tau. Oh, dia tak sendirian rupanya disana. Rasa ingin menanyakan apa yg sedang terjadipun muncul. Dimana dirinya ? Kakinya mulai melangkah lagi, namun sekarang dia punya tujuan untuk dihampiri. Itu terlihat seperti seorang pria, Vika hanya melihat bagian punggungnya. Dia mengenakan pakaian serba putih. Auranya ikut bersinar dibawah sinar rembulan. Terlihat dia juga sedang mengambil cahaya diatas, sama seperti yang Vika lakukan tadi.

Vika melangkah lebih dekat lagi. Tangannya masih bersinar. Pria itu menyadari ada seseorang dibelakangnya. Sekarang mereka berdua berhadapan, dan pria itu memberi cahaya yang ternyata juga ia dapatkan. Mereka masih terdiam ditempat, sama sama memandangi tangan mereka yang bersinar. Lalu pria itu memberi dahulu sinar bulan itu pada Vika. Vika menerima sinar itu dan mengumpulkannya menjadi satu dengan miliknya.

Seketika cahaya menjadi memudar, namun terbentuk suatu benda. Setalah berkedip kesekian kalinya, kini Vika memegang sebuah bunga mawar Putih yang indah. Vika memegang bunga itu. Kini dia melempar senyum pada pria itu, dan pula sebaliknya.

Lalu pria itu mengulurkan tangannya pada Vika. Perlahan Vika juga mengulurkan tangannya. Kini tangannya digenggaman pria itu. Lalu mereka tiba tiba menatap bulan secara bersamaan. Bulan semakin mendekat kearah mereka. Seakan akan terjatuh dari langit. Hingga sinarnya semakin terang dan menghalangi pandangan mereka.

Vika membuka matanya. Dia terbangun dari kasur itu, keringat telah membasahi bantalnya. Ia tatap sekelilingnya, itu adalah kamar kostnya. Disebelahnya juga terbaring sahabatnya Pipit yang sedang tertidur lelap. Ia menatap jam pada handphonenya. Shubuh sebentar lagi tiba.

Vika segera mengusap wajahnya. Sebuah mimpi yang sangat aneh yang pernah ia impikan. Dia tau persis siapa laki laki itu. Lama ia berpikir hingga suatu bunyi mengagetkannya. Bunyi alarm Pipit.

"Hah ya Allah ! Bikin kaget aja alarm Pipit"

Ditatapnya lagi wajah sahabatnya yang sepertinya tetap terlelap dalam tidurnya. Dan ia mendengar suara jendela terbuka tetangga sebelah kostnya yang mulai bangun juga dari tidurnya.

"Astaghfirullah Pipit, dia yang nyalain alarm malah tetangganya yang bangun"

****

"Mimpi aneh lagi kamu bilang ?"

"Iya. Seperti suatu kejelasan"

"Kejelasan gimana ?"

"Aku mimpi kejatuhan bulan"

"Bulan gede lo Vi, kamu jadi raksasa ?"

"Hiihh pipit, nggak kali"

"Terus bulannya mengecil gitu ?"

"Nggak juga, pokoknya rasanya kaya jatuh aja gitu. Tapi bukan itu si yang aneh"

"Apa lagi tuh"

"Seorang pria"

Cinta Diakhir Tasbih (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang