Sebuah Takdir

51 5 0
                                    

Disebuah lorong Vika mengejar langkah seorang wanita yang berjalan sambil memainkan ponselnya. Terlihat wanita itu tak terlalu mengindahkan panggilan Vika dan terus berjalan kedepan.

"Wa'alaikumussalaam !" ucapnya santai ketika sigadis yang mengejarnya tadi berhasil menjejerinya dengan nafas tak karuan

"Belum kali ! Assalamu'alaikum !" Vika melirik jengkel ke arah Putri

"Ngapain si teriak teriak"

"La dipanggil mbak bukannya berhenti jalan aja terus !"

"Lumayan toh olahraga" Putri terkekeh berhasil mengerjai Vika. Tapi tetap fokus ke ponselnya

"Liatin apa sih mbak ?" Vika mengintip ke Handphone Putri. Dengan sigap Putri mengarahkan ke arah lain ponselnya

"Ih kepo ya !? Aku lagi nyamperin mas Sandi, ayo ikut mbak ke kantin sebentar"

"Mau ngapain ? Oh iya ! Malem tadi maksudnya apaan coba ?"

"Oh yang salam itu ? Nggak mbak bercanda doang hehe lagi gabut soalnya, kenapa ? Kamu baper ya" Putri menyeringai jahil ke arah Vika

"Baper nggak, kaget iya ! Malem malem tiba-tiba chat gitu yakali nggk kaget"

"Mau aku kenalin ke Ibnu beneran nih !?"

"Mbak ! *ojo neko neko!"
( *jangan aneh aneh) Vika melirik tajam ke arah Putri yang membuat Putri makin terkekeh

"Halah.. *Wong yo podo seneng ae kok !"
(*orang sama senangnya aja kok) goda Putri mencolek bahu Vika

"Ngawur !" Vika kembali masam

"Eh btw, nanti kalo ada pendaftaran anggota baru organisasi kamu langsung ikut remaja mesjid aja ya Vi"

"Kalau buat rencana mbak jomblangin sama mas Ibnu aku ga ikut"

"Hayo Suudzon duluan, ini kan organisasi islami. Kamu gak tertarik ikut ?"

"Ya ikut si, tapi jangan dijodoh jodohin sama mas Ibnu lah mbak, males aku !"

"Guyon doang diambil hati gak asik kamu" Putri menyenggol bahu Vika

"Mbak putri kok duluan yang mulai"

"Yaudah kalo positif iku nanti namamu aku masukin daftar"

"Jangan aneh aneh tapi ya" Vika mengacungkan jari telunjuknya

"Nanti ku kasih tau ke Ibnu kalo Vika setuju ikut hehehe" kata Putri sambil lari menjauh dari Vika

"Loh, mbak !!!" Vika spontan ikut mengejar temannya di lorong itu

****

Sedangkan di kantin kampus, Ibnu bersama dengan sandi mengerjakan tugas kelompok mereka. Mereka menghadap laptop mereka satu sama lain. Sandi menatap Ibnu yang sepertinya tidak menatap layar laptopnya, namun fokus ke hal lain dikepalanya. Terlihat bagaimana lamanya ia berkedip, ya.. Ibnu melamunkan sesuatu. Sandi mengajaknya bertukar solusi dengan tugasnya, tetapi Ibnu bahkan sepertinya tidak mendengarkannya sama sekali. Sesekali malah Sandi memergoki Ibnu tersenyum kecil. Sedikit kesal, Terpikir sesuatu yang jahil di pikiran Sandi.

"Brak !!!" Sandi memukul dengan cukup keras meja tepat didepan Ibnu, seketika Ibnu kaget bukan main

" *Opo to ndi !? Ngagetno wong ae !"
(*apa sih ndi !? Ngagetin orang aja) wajah ibnu jadi kecut. Sandi tertawa lepas sambil memukul meja berulang ulang

"Ngelamun apa ? Diajak ngobrol dari tadi kok dianggep patung hidup. Mana senyam senyum !"

"Wei mana Putri, lama banget flashdisknya. Ni keburu laptop ku habis batere belum ku copy datanya" jawab Ibnu mengalihkan pembicaraan

Cinta Diakhir Tasbih (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang