Bagian 2

11.3K 1.1K 29
                                    

Hana berjalan di koridor untuk kembali ke kelasnya. Banyak siswa sinis yang menatapnya tak suka.

'Hahaha si culun lemah!'

'Sengaja tuh! Biar bisa caper sama kak Fahri!'

'Mukanya aja polos! Tapi hatinya wuahh!'

Hana memejamkan matanya sekejap. Tangannya menutupi kedua kuping. Ia paling tidak suka mendengar oceh-ocehan mereka.

Mendadak tiga orang siswi menghalangi jalan Hana membuat Hana menghentikan langkahnya."Wahh... Ternyata lo bisa caper juga, ya! Gue kira lo polos ternyata cewek murahan!" maki seorang siswi sekaligus kakak kelasnya yang sering membullynya, Serly.

"Jangan tunduk, dong!" ucap salah siswi sembari mengangkat dagu Hana yang menunduk. Ternyata Serly tidak sendirian. Dia bersama dayang-dayangnya. Tasya dan Fani. Tasya sekelas dengan Serly, kelas sebelas. Sedangkan Fani sekelas dengan Hana.

"Gue pengen ketawa! Cepetan dong!" pinta Fani mengisyaratkan Serly dan Tasya agar segera melakukan pembullyan.

Beberapa detik kemudian, Serly menuangkan sebotol air fanta di atas rambut Hana. Hana memejamkan matanya, tak lupa dengan tangan mengepal. Hana hanya diam ketika dibully, dirinya tak sanggup melawan mereka yang lebih dari satu orang, belum lagi penonton yang terkadang ikut membullynya juga. Jadi ia hanya memaki orang-orang itu dalam batinnya saja.

Hana membuka matanya, ternyata di sekelilingnya sudah banyak terdapat siswa-siswi yang mengerumuninya sambil tertawa. Inilah Hana, seorang gadis yang selalu menjadi korban bahan tawaan.

"Mereka pikir ini lucu, apa!" batinnya kesal. Dengan segera, Hana berlari ke toilet sekolah untuk membersihkan dirinya. Tak lupa ia membawa baju cadangannya di locker. Saat sudah selesai, ia kembali menuju kelas. Tapi saat ia berjalan di koridor melewati lapangan, ia di kejutkan dengan Wira, Kakaknya dan seorang siswi dihukum menghormat bendera di bawah terik matahari.

'Idih dijemur! Ntar kalo kulitnya udah hitam baru nyesel!"

'Salah mereka, sih! Masa iya telat sampe setengah jam!'

Hana tak sengaja mendengar percakapan dua kakak kelasnya. "Tadi Kak Wira bilang, kak Wira mau piket tapi kok malah telat?" batinnya bertanya.

'Itu pacarnya Wira, kan?'

'Katanya sih, iya!'

Lagi-lagi Hana tak sengaja mendengar dua orang siswi membicarakan kakaknya, Wira. Hana berpikir, kalau Wira tidak piket, kemungkinan Wira jalan sama kekasihnya.

"Jahat banget kak Wira sampe bohongi bunda. Padahal bunda selalu muji-muji kak Wira," batinnya lagi.

Hana membersihkan pikirannya, dan segera menuju kelas karena pembelajaran sudah mau dimulai.

Suara sorak teriak terdengar dari luar kelas kala Hana ingin membuka pintu. Sepertinya pak Budi selaku guru Ekonomi tidak menghadiri kelas.

Cklek!

Hana membuka pintu. Mendadak semua murid dikelasnya berlari terbirit-birit ke kursinya. Namun beberapa detik kemudian, semua murid menatap kesal ke arah Hana.

'Yaelah, lo rupanya!'

'Kesel gue, huhu!'

Hana berjalan ke kursinya yang nomor dua dari belakang.

Dikelas X IPS-I ini, jarang sekali ada yang membully Hana. Mereka hanya mencueki Hana. Kecuali Fani, Fani jika dikelas tidak berani membully Hana. Jika Fani sedang bersama Serly dan Tasya, barulah Fani berani untuk membully Hana.

TEARS OF HANA (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang