Bagian 09

6.5K 725 9
                                    


"Makasih, ya buat kalian semua,” ucap Hana sembari memegang nampan kuenya. Ia berterima kasih pada temannya karena sudah mau memberikan kejutan untuknya. Mendadak kepala Hana pusing, perutnya yang mulas, dan pandangan yang sedikit kabur.

"Sama-sama, kalo gitu kita pamit duluan ya Han," pamit Vika yang berada diposisi samping pacarnya, Fahri.

"I-iya," sahut Hana dengan gelagapan karena kepalanya yang bertambah pusing.

Saat Vika, Fahri dan Manda membalikkan badannya hendak meninggalkan Al dan Hana , tiba-tiba saja Al berteriak. "HANA!" teriak Al karena mendadak  Hana terjatuh di topangannya. Kue yang tadinya di tangan Hana, kini sudah berceceran ke lantai.

Sontak Fahri, Vika dan Manda otomatis membalikkan badannya. Mereka melihat Hana yang sudah tak berdaya memejamkan matanya.

"HANA!" jerit Vika yang berlari ke arah Hana diikuti oleh Manda dan Fahri di belakangnya.

Al meletakkan tubuh Hana di lantai dengan tangannya yang menjadi bantal Hana. Al menatap wajah Hana yang lemas, tak ada warna dalam wajahnya. Abu-abu, pucat pasi.

"HAN! HANA!" teriak Al menepuk-nepuk pipi Hana.

Hana membuka matanya. Pertama kali yang ia lihat adalah raut wajah sahabatnya yang panik.

"HANA!" teriak Al tersenyum saat Hana membuka matanya.

"M-makasih selalu ada," lirih Hana lalu memejamkan matanya kembali.

"HANA!" teriak Al kembali. Fahri melihat Hana dan Al penuh tanda tanya,

"Apakah Hana menyukai Al? Apa tidak ada lagi tempat untukku?" batinnya bertanya-tanya.

Fahri mengambil alih tubuh Hana lalu membopongnya. "VIKA, CEPET BUKA PINTU MOBIL!" teriak Fahri. Vika spontan berlari menuju parkirkan yang kini hanya tinggal mobil Fahri. Kebetulan Fahri hari ini membawa mobil.

Fahri meletakkan tubuh Hana di kursi penumpang dengan paha Vika yang menjadi bantal Hana. Fahri melajukan mobilnya, sedangkan Al dan Manda menyusul mobil Fahri menggunakan motor Al.

Disisi lain, seorang wanita paruh baya tampak lelah karena menyajikan makanan untuk ulang tahun anak bungsunya sendirian.

"WIRA!" panggil Vina.

Wira yang dipanggil langsung keluar menjumpai ibundanya yang sedang menyajikan makanan. "Ada apa, Bun?"

"Hana tidak ada izin sama kamu?" tanya Vina.

Wira menepuk jidatnya. "Oh iya, Wira lupa, Bun. Hana bilang, dia pulang agak sedikit telat Bun,!" jawab Wira yang lupa dengan pesan adiknya.

"Mau pergi kemana dia?" tanya Vina yang mengangkati piring berisi kue ke ruang depan.

"Dia gak bilang, Bun!" sahut Wira lalu balik ke kamarnya.

Vina menghela napas. "Kalo gini mah percuma punya anak gadis. Taunya main mulu. Gak bisa diandalkan," gumamnya emosi. "Awas aja nanti kalo dia pulang!"

"Bunda, boleh Reisa bantu?" tanya seorang gadis yang baru saja keluar dari kamarnya.

Vina tersenyum terhadap anak bungsunya itu. "Gak usah, Sayang. Kamu siap-siap aja dulu," ucap Vina menolak bantuan anaknya.

****

Fahri kembali membopong tubuh Hana memasuki rumah sakit. "SURTER! SUSTER!" teriaknya meminta bantuan.

Dua orang perawat membawa yang kebetulan sedang membawa brankar melewati Fahri.

"TUNGGU SUS!" Fahri menidurkan tubuh Hana di atas brankar.

TEARS OF HANA (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang