Bagian 27

5.5K 698 4
                                    


Disaat orangtua menjaga kehormatan anaknya, sosok laki-laki dengan mudah menghancurkan semuanya
.
.
Happy Reading:)
Typo bertebaran!
.
.

Seorang gadis tengah meratapi nasibnya di kamar. Dirinya menyesal atas apa yang ia lakukan sebelumnya. Matanya mengeluarkan air mata, namun itu tidak ada apa-apanya. Air mata tidak bisa memutar waktu. Air mata tidak bisa mengembalikan semuanya.

"Serly!" Tanpa pamit, Ralin langsung memasuki kamar anaknya begitu saja. Serly juga lupa untuk mengunci pintu kamarnya.

Kening Ralin menyerngit saat melihat Serly duduk bersandar di bawah ranjang sembari berusaha menghapus air matanya dengan senyuman. Dan Ralin juga curiga dengan tangan Serly yang sepertinya sedang menyembunyikan sesuatu.

"Mama kok langsung masuk? Kenapa gak ketuk dulu?"

"Mama panggilin kamu dari tadi. Tapi kamu gak nyahut-nyahut?" Benarkah? Salahkan kuping Serly!

Ralin kembali menyelidiki putrinya. "Kamu pegang apa itu?" Ralin menanyakan pasal putrinya yang memegang sesuatu. Tapi tangannya ia taruh di belakang tubuhnya.

Serly cepat-cepat menggeleng. "Gak ada." Dirinya malah memegang erat-erat benda itu membuat curiga Ralin bertambah.

Ralin menarik tangan putrinya. "GAKK ADAA!" teriak Serly namun percuma, Ralin telah mengetahuinya karena benda itu terjatuh.

Ralin menganga menatap tak percaya, lalu mengambil benda yang terjatuh itu. Sebuah tespack yang sudah bergaris dua.

Serly menunduk lalu terisak. "Maafin Serly, Ma." Kini Serly sudah memeluk kaki mamanya.

Mata Ralin berkaca-kaca. "Ini gak mungkin 'kan? Anak mama gak kaya gitu," lirih Ralin tanpa peduli dengan Serly yang sudah berada di bawah kakinya.

Serly malah menangis sejadi-jadinya. "Maafin Serly, Ma. Maafin."

"Jadi kamu gak sekolah karena ini?" Ralin terisak. "Siapa yang buat kamu kaya gini?" lanjut Ralin membuat tangisan Serly menjadi kuat.

Ralin mendirikan Serly yang memegang kakinya. "Ayo kita ke sekolah kamu sekarang!" Ralin mencoba menarik tangan Serly, namun Serly malah menahan kaki sang mama.

"Ayo Serly!"

"Serly gak mau, Ma."

Mau tak mau Ralin menarik tubuh Serly sampai ke mobil. Lalu Ralin memajukan mobilnya. Dirinya tidak perduli dengan tangisan Serly yang sudah menjadi-jadi. Saat ini ia sudah kecewa terhadap Serly. Anak yang dia besarkan dengan kasih sayang, tapi malah begitu.

Sesampainya di sekolah, semua siswa maupun guru melihat ke arah Ralin menarik Serly yang tengah menangis. Karena saat ini sedang istirahat, semua siswa maupun guru sedang di luar ruangan.

Ralin menarik Serly sampai ke depan ruangan BP. "PAK, ANAK SAYA HAMIL. SAYA YAKIN YANG MEMBUAT ULAH INI ANAK SEKOLAH DISINI!" teriak Ralin menggebu-gebu.

Sontak guru BP itu terkejut atas penuturan Ralin dan keluar dari ruangan. "Tenang dulu, Bu. Ini bisa dibicarakan baik-baik."

"Baik-baik gimana sih, Pak? Anak saya udah hamil!"

TEARS OF HANA (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang