Happy Reading:)
Hati-hati typo bertebaran ⚠️
.
.
.Hana berdiri pada tangga pesawat sambil merenggangkan tangannya. "Semangat, Hana! Satu landing lagi!" monolognya sendiri.
Mia yang ketepatan melewati Hana yang berdiri di depan pintu pesawat pun melirik. "Stres!" sindirnya.
"Iri bilang ba-"
"Stop! Pramugari bukan hanya good looking tapi juga good attitude," potong Fahri.
Hana menyengir. "Hehe, sorry capt."
Hana memegang salah satu besi tangga pesawat dengan mata yang terus menatap ke depan. Angin sepoi-sepoi menerpa wajahnya. Anak-anak rambutnya pun ikut berterbangan.
Hana pun memejamkan matanya dengan senyum yang menghiasi wajahnya. "Segernya!" ucapnya sambil menikmati angin-angin yang mengarah padanya.
Tanpa ia sadari Fahri telah berdiri di sampingnya dengan menatap lurus juga. Mia yang melihat itu langsung masuk ke dalam pesawat. Mia tidak mau mengganggu dua sejoli itu.
"Kamu gak sedih hidup tanpa keluarga?"
Sontak Hana menoleh ke suara yang berasal dari samping. Ternyata Fahri sudah di sampingnya. Kemudian Hana menatap lurus ke depan lagi dengan senyuman.
"Tanpa saya jawab capt juga tahu," sahut Hana.
"Terus kenapa wajah kamu tetap tersenyum?"
"Itu motivasi saya semenjak kecil yang ingin menjadi pramugari, karena selelah bahkan sesedih apa pun pramugari wajahnya tetap tersenyum walaupun banyak masalah yang menimpanya. Bagi saya, pramugari itu hebat. Pramugari bisa memendam perasaannya."
"Iya, seperti kamu memendam perasaan kamu ke aku dulu 'kan?"
"Itu dulu, sekarang udah beda cerita lagi."
"Emang udah gak bisa lagi, ya kita kaya dulu lagi?"
"Kaya mana?"
"Aku kamu-" Fahri mencoba menjelaskan, tapi ia bingung untuk menjelaskannya. "Payah ngejelasinnya, aku harap kamu tahu tanpa aku jelasin."
Han menepuk-nepuk lengan Fahri yang bertumpu pada besi tangga pesawat. "Ingat Manda!" Setelah itu Hana pergi menyusul Mia.
****
Air mata Mia menetes pada foto berbingkai kaca yang sedang dipegangnya. Saat ini ia merindukan mamanya.
"Udah, Mi bentar lagi juga kita cuti tahunan, kok!" ujar Hana mengelus-elus punggung Mia guna menenangkan.
"Gue kangen banget, Han!" ujar Mia yang kini matanya menatap amat foto yang berada di tangannya.
"Rindu ya rindu aja. Gak boleh sampe kaya gini," tutur Hana tersenyum.
Mia sontak menghapus air matanya dan menoleh pada Hana. "Iya, Han gue harus bersyukur. Gue harus belajar dari lo. Lo gak pernah mendapatkan pelukan dari ibu, tapi lo gak pernah ngeluh. Bahkan bibir lo aja masih bisa tersenyum."
Hana makin melebarkan senyumannya. "Daripada lo nangis-nangis kaya gini, mending kita ke mall, yuk!"
"Iya, udah lama kita gak kesana!"
Hana dan Mia mengganti pakaiannya lalu memesan taksi untuk pergi ke mall.
"Han, sweaternya bagus banget. Udah lama loh kita gak beli baju kembar," ujar Mia sembari menunjuk sweater yang ia katakan.
"Oke, kita ambil dua!" Hana mengambil dua baju yang berjejer di toko mall. "Terus celananya yang mana?"
"Kayanya warna putih masuk, deh!"
KAMU SEDANG MEMBACA
TEARS OF HANA (SEGERA TERBIT)
Ficção Adolescente[Budayakan follow sebelum membaca!] First story, jadi maklumi jika cerita ini tidak sempurna. ⚠️Proses revisi⚠️ Maaf jika cerita masih acak atau tidak nyambung. *** Menjadi anak tengah adalah takdir bagi Hana. Dipaksa mencontoh sang kakak dan juga h...