Bagian 28

7K 816 25
                                    

"Saya terima nikah dan kawinnya Serly Ravita dengan seperangkat alat shalat dibayar tunai?"

"Bagaimana para saksi? Sah?"

"Sah!"

"Alhamdulillah."

Setelah keributan di sekolah tadi, Serly langsung dibawa ke rumah Wira untuk dinikahkan. Kenapa nikahnya tidak di rumah Serly? Karena Ralin sudah tidak mau menampung Serly lagi. Dirinya sudah kecewa.

Bahkan pernikahannya hanya sederhana. Tidak ada hias-hiasan. Make up hanya tipis. Dan tidak ada tamu yang diundang. Juga tidak ada resepsi pernikahan.

"Mama maafin Serly." Serly menangis pada Ralin.

"Mama udah maafin. Tapi mama masih kecewa sama kamu."

"Mama mau kemana?" tanya Serly pada mamanya yang hendak beranjak dari duduknya.

"Mama mau pulang. Kamu baik-baik di sini."

Serly menggeleng. "Aku mau ikut mama aja."

"Enggak Serly, kamu tetap di sini," sahut Ralin. "Vina, saya pamit, ya."

****

"SERLY!" Teriak Vina di depan kamar Serly dan Wira.

Sontak Serly yang mendapat teriakan terkejut. Bahkan Hana yang sedang di kamar juga terkejut. Hana beranjak dari kasurnya dan mengintip dari pintu ingin tahu apa yang terjadi.

Serly membuka pintu. "Ada apa, Bun?" Ya, semenjak pernikahan tadi kini Serly memanggil Vina dengan sebutan 'Bunda'. Begitu pun dengan Wira yang memanggil Ralin dengan sebutan 'Mama'.

"Kamu ngapain aja, sih di kamar?" bentak Vina.

Serly menunduk dengan tubuh yang tangan gemetar.

"Ke bawah kamu! Masak!" bentak Vina lagi membuat Serly malah ketakutan.

Serly turun ke bawah, membuka kulkas. Dirinya terus menatap isi kulkas itu. Pikirannya di ambang kebingungan dan ketakutan. Dirinya bingung karena tidak masak dan dia juga takut kena semprot mertuanya.

Hana yang melihat itu merasa iba. Hana tahu betul perasaan Serly. Kakinya melangkah ke bawah ingin membantu Serly.

"Hana bantu ya, Kak."

Serly menoleh, matanya berkaca-kaca. Orang yang kemarin-kemarin ia bully habis-habisan kini orang itu menolongnya.

Mendadak Serly memeluk Hana. Hana yang dipeluk sontak terkejut.

"Maafin gue, Han."

"Udah Hana maafin, kok. Kakak jangan nangis lagi. Kasian dedeknya."

Mata mereka teralihkan dengan suara tawaan di ruang keluarga. Di sana terdapat Vina, Hardi, Reisa dan juga Wira.

"Kenapa Hana gak ikut mereka?" tanya Serly.

Hana tersenyum lalu menggeleng. "Gak apa-apa, Kak."

Hana berusaha menyembunyikan semuanya. Tapi Serly lebih dulu mengetahuinya. Serly tahu karena teringat kejadian di sekolah tadi. Bukannya menyalahkan Wira malah menyalahkan Hana.

TEARS OF HANA (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang