Pertengkaran - Part 17

948 174 16
                                    

Sebuah rumah tangga tidak ada yang selalu berjalan mulus, selalu saja ada tikungan yang terlalu tajam atau bahkan tikungan sempit yang membuat harus berhati hati ketika mengendari banterah rumah tangga. Begitulah kira-kira bagaimana perumpaan sebuah keluarga, tidak akan selalu lurus. Itu juga yang terjadi pada keluarga Sanjaya.

Keluarga kecil ini sedang dilanda badai, keras kepala kedua orang tua yang ada dirumah tidak dapat dibendung sama sekali. Alasan nya hanya satu, salah paham. Suasana rumah yang awalnya damai dan nyaman kini menjadi canggung dan sesak, tentu saja yang mempengaruhi suasana hati dari kedua anak mereka, Juna dan Kyra. Kyra bahkan tidak berhenti menangis sejak kemarin malam, pertengkaran mereka kali ini memang yang paling besar. Bahkan sang ayah sampai tidak mau pulang kerumah.

"Bunda ...." Panggil si bungsu, meskipun bungsu, Juna sudah seharusnya melindungi perempuan yang ada dirumah ini, yaitu kakaknya dan juga bunda nya. Anak bungsu laki-laki ini bertekat harus bisa membuat keluarga mereka utuh lagi.

Bunda nya tidak menjawab, kantung mata dan bibir yang pucat membuat Juna menebak jika bunda nya menangis semalaman.

"Bunda gak mau hubungi ayah? Kita bisa ngobrol baik-baik, bun" Kata Juna lagi.
Bunda nya masih enggan Berbicara apapun, perempuan yang hampir 40 tahun itu sudah tidak mau berbicara sejak 2 hari yang lalu.

Karena ayah yang menolong teman dekat perempuan nya, dari awal ayah dari dua anak itu memang sudah mengatakan jika memiliki sahabat perempuan, bahkan semenjak kedua anak mereka belum ada didunia. Namun entah kenapa perempuan ini juga selalu menjadi penyebab pertengkaran didalam rumah tangga mereka. Anak-anak mereka memang tidak tahu masalah ini, bahkan tidak mengenal perempuan pingsan yang dibawa pulang ayah nya kerumah 2 hari lalu. Sejak itu, kedua orang tua mereka tidak akur sama sekali.

"Adek, cepet makan ya. Nanti telat berangkat sekolahnya, kakak juga ya sayang, bunda sudah siapin bekal buat kamu. Bunda mau mandi dulu, bunda kesiangan"
Sang bunda sama sekali tidak menghiraukan pertanyaan dari Juna, ia memilih untuk meninggalkan kedua anak remaja itu dimeja makan ditemani oleh makanan yang lengkap seperti biasanya. Juna dan Kyra bahkan melihat bagaimana bunda berjalan sambil tersenyum untuk mereka.

"Dek, kalau ayah sama bunda cerai, kamu ikut siapa? Jangan tinggalin kakak ya?"

"Ngaco deh ngomong nya. Ayah sama bunda cuma berantem biasa, udah sana makan" Sungut sang bungsu saat mendengar perkataan kakaknya. Bohong jika Juna tidak kepikiran, rasanya dia ingin dirumah saja memikirkan bagaimana membuat keluarga mereka kembali lagi.

/Flashback on/
Petir bergemuruh seperti memberi pertanda jika ada hal buruk yang akan terjadi. Melihat bunda dari lantai atas sedang mondar mandir didepan ruang tamu menunggu sang suami. Juna tersenyum sekilas, rasanya sangat manis ketika melihat bunda yang galak khawatir dengan suami yang selalu menganggu nya. Juna memang selalu suka hubungan hangat kedua orang tua nya yang tidak biasa, mereka terlihat selalu bertengkar karna hal kecil namun manis, mereka juga bisa meningkatkan mood Juna dan Kyra akibat hubungan manis seperti itu.

Lamunan nya buyar ketika Juna mendengar pintu rumah seakan dibanting dari luar, bunda nya masih mematung ditempat melihat apa yang ia saksikan sekarang. Juna bahkan ikut membeku.

"Sayang, tolongin ambil selimut atau apapun ya? Aku bawa Clara ke kamar tamu" Ucap sang ayah berjalan masuk kedalam kamar tamu yang tak jauh dari pintu utama mereka. Bunda nya masih mematung, hingga ia memutuskan mengambil selimut yang diperintahkan oleh suaminya.

Juna masih membeku ditempat, ayah membawa pulang perempuan? Dengan perempuan itu basah kuyup yang terbalut jas kerja milik ayah nya? Apa tadi benar ayah nya?

What's wrong with my family?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang