Juna Pov
Disinilah kita bertiga, berdiri mematung tidak tahu apa yang akan dilakukan. Dihadapan dapur mewah tempat kekuasaan Bunda, Kak Kyra terus saja memelototi Ayah yang sedang membaca buku resep.
"Ayah mau masak apa?" Tanya Kak Kyra, Aku hanya mengangkat pundak, kenyataan nya aku juga tidak paham apa yang beradi dikepala sang Ayah.
"Ayah, seharusnya Ayah sudah tahu apa yang akan Ayah masak sebelum mutusin buat kasih kejutan ke Bunda" Omel Kak Kyra sambil mencomot cemilan manis yang tadi dibeli oleh Ayah.
Ayah menggeleng masih membaca buku resep, "Ini bukan ide Ayah, ide anak kecil sok tahu itu" Ayah menunjuk Juna walaupun masih fokus membaca buku resep. Membuat Kak Kyra semakin emosi, aku melihat dari tatapan nya yang seram.
"Aku kan hanya kasih saran, kalau Ayah gak setuju pun juga gak papa seharusnya"
"Kamu yang dorong Ayah masuk kedalam supermarket kan? Untuk beli semua ini?" Juna menggaruk kepala, iya benar juga sih.
"Ayah lama sih, bayangin aja kita disana udah berjam-jam dan setiap ditanya Ayah selalu aja nggak tau. Jadi Jun–"
"Stop!" Potong Kak Kyra sebelum pertengkaran ini menjadi panjang. Kak Kyra merubah wajahnya menjadi serius.
"Ayah dulu suka masak kan? Ayah gak inget gitu? Apa gitu, sedikit aja? Gak inget? Sama sekali?" Serbu Kak Kyra yang malah mendapatkan balasan gelengan santai dari Ayah.
Kakak langsung berjalan menuju kulkas, kukira akan membantu tetapi bukan dia ingin minum air putih dingin, lalu mengelus dadanya yang mungkin sesak napas melihat kelakuan Ayah kandung nya. Juna sebenarnya juga tidak habis pikir, tapi ya sudah kepalang jadi lanjutkan saja.
Anak perempuan satu-satunya Ayah itu kemudian mendekat kearah Juna.
"Kyra gak mau tau deh, pokoknya Ayah masak aja yang Ayah bisa. Kyra mau benerin taman belakang sama adek, biar kita gak berantem disini. Jadi bagi tugas"
Ayah mengacungkan jempolnya lalu mengusir kami dari hadapan Ayah. Agak sombong juga ya.Juna dan Kak Kyra itu bukan tipikal saudara yang kompak, seleraku dengan Kak Kyra sangat berbeda. Kalau Juna suka yang simple berbeda dengan kakak Juna yang sukanya bikin pusing kepala. Bahkan mendekor begini, aku bukan lagi dibutuhkan pendapat aku benar-benar hanya pembantu. Semua diatur oleh Kak Kyra. Biarkan saja Juna juga tidak tahu isi jalan otak perempuan.
Juna tidak mengira Kak Kyra berfikiran untuk mendirikan tenda dikelilingi lampu kecil. Sehingga menjadi suasana camping disuatu tempat, padahal pemandangan juga hanya seonggok kolam renang. Kak Kyra masih sibuk dengan lampu yang tergulung untuk dibenarkan satu persatu, dan Juna bertugas mendirikan tenda.
"Emang Ayah tuh dalam rangka apaan sih?" Juna hanya mengedikkan bahu, karena Juna juga tidak tahu motif Ayah memberikan kejutan Bunda. Ini sangat jauh dari hari ulang tahun Bunda atau hari ibu, jauh sekali.
"Bunda hamil lagi?" Kak Kyra berbisik kepadaku, mungkin takut kedengeran Ayah.
"Nggak lah, masak jarak kita sama adik 17 tahun. Jauh dong"
Kak Kyra menutupi mulut sendiri untuk memberi kode agar tidak terlalu keras setelah Juna menjawab. Suara Juna memang keras seperti Ayah."Gak jelas banget bokap lo" Celetuk Kak Kyra lalu memberikan taplak cantik di meja makan lipat yang sudah lama tidak digunakan. Anggap saja kegiatan ini dalam rangka pembersihan barang yang sudah lama tidak terpakai.
"Oh iya kamu kan anak pungut"
Pletak!
Sebuah selotip tebal berhasil terlempar menuju punggung Juna. Kak Kyra memang paling garang dan suka melempar, padahal kalau suruh main bola basket susah sekali, kenapa kalau melempar begini langsung tepat sasaran ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
What's wrong with my family?
Fiksi PenggemarAnak bungsu. Itulah takdir yang aku terima, tidak ada yang salah aku menyukai nya. Memiliki kakak perempuan yang bawel mirip burung beo. Lalu memiliki orang tua yang super duper ribet, tapi aku menyayangi mereka. Sepenuh dan segenap hati saya -Juna