Juna sedang diatas motor dengan Lia, mereka berdua baru saja pulang dari rumah nenek Juna. Pikiran kalut Juna semakin menjadi ketika sang nenek mengatakan bahwa sang ayah sama sekali tidak menuju kerumah. Namun perkataan nenek nya membuat anak laki-laki berusia 17 tahun itu semakin sedih, sang nenek mengatakan jika ayah nya sangat tidak suka ketika orang lain tidak mempercayai dirinya. Juna selalu berfikir jika bunda nya selalu mengedepankan curiga daripada lain nya, Juna sudah sangat hafal, Juna tau semua pasti ada dasarnya dan bunda melakukan itu juga karena ia khawatir jika ayah tidak lagi untuknya. Padahal ayah sudah sungguh mencintai bunda.
"Ini cuma salah paham aja kok, Jun. Nanti kita ngomong sama om bayu juga bakalan kelar kan? Kamu santai aja, gak akan separah yang kamu kira kok" Perkataan Lia sedikitnya mengubah pikiran Juna saat ini. Maklumi saja, Juna masih terkejut untuk memahami situasi seperti ini. Apalagi Juna terlahir dari keluarga yang harmonis sejak ia ada. Inilah kenapa Juna terlalu berfikiran buruk.
"Kita mau kemana sekarang, Jun?" Tanya Lia lagi, ia sedikit memiringkan kepala kearah kanan agar bisa didengar oleh Juna.
"Pulang aja. Mungkin kata nenek bener, ayah sama bunda cuma butuh waktu buat befikir" Lia hanya diam sambil menepuk punggung Juna.
"Yang sabar ya, Jun. Semua pasti bakalan baik-baik aja kok" Juna menganguk sekilas lalu menjalankan motornya lebih cepat agar segera sampai rumah. Juna sudah membawa Lia kerumah neneknya terlalu lama. Ia tidak mau ibu dari Lia khawatir nanti nya.
**
Juna melihat bunda nya sedang berdiam diri di taman belakang setelah makan malam bersama tadi. Bunda terlihat gelisah bahkan sesekali mengigiti kuku yang dirawat dengan rapi. Juna tidak sendiri, ia bersama sang kakak yang sudah 5 kali menangis seharian ini. Lihat saja kedua mata nya bengkak sampai hidung nya kemerahan. Sebenarnya apa yang terjadi pada keluarga ini? Bahkan baru kemarin kami semua bersama tanpa ada satu yang kurang."Bunda.." Panggil Juna membuat sang bunda tersenyum dan mengkode mereka berdua untuk mendekat. Kyra dan Juna langsung mengapit bunda di kanan dan kiri.
"Kakak kenapa sih nangis terus? Ini sampe hancur banget mukanya" Canda bunda sambil mengusap wajah halus anak sulung kesayangan nya.
"Bundaaaa! Jangan tinggalin ayah...."
Belum saja bunda nya selesai mengusap wajah Kyra kini perempuan itu menangis lagi dengan kencang. Bahkan tidak perlu waktu lama untuk memancing air matanya keluar."Aduuuh, anak kesayangan bunda ini kenapa sih, jangan nangis dong, cantiknya bunda" Juna sudah paham jika bunda nya sedang menahan tangis. Ia tidak mau terlihat lemah dihadapan anak nya.
"Ayah tinggal di apartement kita dulu, bun" Sekali tembakan membuat atensi kedua perempuan itu melihat kearah Juna.
"Adek kok tau?"
Juna mengedikkan kedua bahunya. "Tau aja"
"Adek abis cari ayah?" Tanya Kyra sambil mengusap air mata dan juga ingus nya, tak lupa suara serak akibat menangis.
"Nggak, aku nebak aja"
Bunda menatap Juna dengan pandangan yang sangat sulit diartikan, Juna juga tidak tahu maksutnya apa. Yang jelas ini adalah perkelahian pertama dari bunda dan juga ayah semenjak kedua anak mereka besar. Rumah tangga memang tidak selalu mulus, tapi entah kenapa kali ini membuat semua menjadi besar hanya satu kesalahan yang ayah lakukan.Bunda pernah bilang, ia akan memaafkan semua kesalahan ayah nya, apapun itu meskipun berat bunda akan mencoba menerima dan mempercayai ayah. Tapi satu hal yang tidak akan bisa bunda ampuni, adalah dengan adanya perempuan lain. Bunda tidak suka ada orang lain ikut urusan dalam rumah tangga miliknya, dan itu pernah dilakukan oleh perempuan yang kemarin datang bersama dengan ayah kerumah. Sialnya rumah dimana keluarga ayah tinggal, ada kedua anak dan istri nya disana, mungkin hal ini yang membuat bunda akhirnya tidak memberikan tolerir apapun pada ayah.
"Kak, Dek, dengerin bunda. Apapun yang terjadi sama bunda dan ayah nanti, kalian tetap anak ayah sama bunda. Kita gak akan pernah berubah untuk kalian ya? Bunda sama ayah akan mengusahakan yang terbaik buat kalian berdua, terutama bunda. Bunda akan mengusahakan keluarga yang baik untuk kalian berdua. Denger kata bunda?"
"Tapi bunda jangan tinggalin ayah"
"Bunda harus pikir dua kali sebelum memutuskan sesuatu, ya? Bunda kan paling baik dalam mengambil keputusan" Jawab Juna setelah kakaknya masih memohon agar bunda tidak meninggalkan ayah mereka. Kemudian ia menangis lagi.
"Percayakan sama bunda? Sama ayah juga?" Air mata dari sang bunda kini sudah mengucur, ia sudah tidak tahan melihat kedua anaknya sangat terpukul atas pertengkaran mereka berdua. Benar kata orang, sebaiknya pertengkaran tidak pernah diketahui oleh anak, karena dari semua permasalahan melihat anak seperti ini adalah hal yang paling menyakitkan.
Kedua anak yang berada dipelukan bunda nya itu hanya menganguk sambil menikmati elusan dan ciuman bertubi dari bunda. Jika bisa diukur, mereka berdua adalah sumber kekuatan bunda, akar dari kekuatan bunda. Mereka memang hadir tanpa bunda minta dan bayangkan, namun ketika bunda mencoba menerima mereka berdua, merawat sampai menjadi anak yang baik seperti sekarang. Rasanya bunda akan memberikan dunia nya hanya untuk mereka berdua, bahkan jika nyawa menjadi taruhan nya.
"Bunda sama ayah pasti baik-baik aja, kalian cukup pikirin gimana besok sekolah. Jangan mikir yang aneh, semua bakalan baik-baik aja, okay?"
Lanjut bunda lagi."Bunda, Juna sama Kak Kyra bukan butuh salah satu dari kalian, bukan cuma butuh bunda atau ayah. Kita butuh dua bun, butuh kalian berdua. Itu faktanya"
Bunda menganguk dengan air mata yang menetes.
"Apa yang nggak pernah bunda kasih sama kalian berdua? Kalian butuh dua dari kami? Kami akan memberikan nya untuk kalian"
Perkataan bunda barusan berakhir dengan pelukan erat mereka bertiga dengan tangisan Kyra yang keras juga tetesan air mata bunda yang deras. Sedangkan Juna? Ia hanya sedih, ia tidak ingin terlihat menangis. Laki-laki itu menahan nya.Sampai tidak ada satu orang pun yang sadar, jika putra bungsu paling datar dirumah, tidur tengkurap dengan bantal menutupi kepala kemudian menangis dengan pelan. Ia takut kehilangan keluarga nya, semua pikiran memory tentang kebahagiaan mereka saat bersama selalu menghantui, bagaimana kalau mereka tidak akan pernah bisa melakukan hal yang seperti itu lagi? Bagaimana jika mereka melakukan hal yang sama namun dengan status yang berbeda? Anak 17 tahun ini terlalu takut untuk membayangkan, meskipun ia terlihat seperti anak paling cuek didalam rumah tapi ia sangat mencintai keluarganya.
"Why? What's wrong with my family?"
Teriak batin Juna diiringi isakan pelan dari dalam bantal.To Be Continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
What's wrong with my family?
Fiksi PenggemarAnak bungsu. Itulah takdir yang aku terima, tidak ada yang salah aku menyukai nya. Memiliki kakak perempuan yang bawel mirip burung beo. Lalu memiliki orang tua yang super duper ribet, tapi aku menyayangi mereka. Sepenuh dan segenap hati saya -Juna