Pukul 4 sore biasanya Juna sudah berada dirumah, yang belum dirumah biasanya sih Ayah. Ayah suka banget pulang malem apalagi kalau sibuk, Ayah sama Bunda sering banget adu mulut kalau misalnya Ayah nggak ada waktu buat Juna sama Kak Kyra. Juna sama Kak Kyra sih santai saja, seusia kami sudah lumayan bisa mengerti kesibukan Ayah yang juga bekerja untuk kami semua yang ada dirumah. Namun Bunda sering beranggapan kalau anak seusia kamilah yang sebenarnya sangat butuh perhatian dari orang tua. Ntahlah, Bunda memang terlalu sayang dengan kita berdua atau karena Bunda memiliki trauma masa kecil sehingga tidak mau anaknya mengalami hal yang sama seperti Bunda.
Juna selesai makan malam biasa nya akan bermain game sampai malam pukul 10, Juna suka begadang kalau tidak ketahuan Bunda. Kalau ketahuan bisa diomelin sebulan nggak kelar kelar, jadi jangan sampai ketahuan. Ini masih pukul 9 malam Ayah belum juga pulang, soalnya waktu nonton tv sama Bunda tadi Ayah belum juga menunjukkan batang hidung nya. Sampai Bunda memutuskan untuk menyuruh Juna dan Kak Kyra tidur karena sudah malam. Juna sih diam saja dikamar main game sambil dengerin lagu, terus jendela kamar dibuka. Duh, udah paling nikmat kalau udah kayak gitu.
"Junaaaa" Panggil seseorang setelah Juna mendengar pintu yang dibuka, siapa lagi kalau bukan Kak Kyra, Juna sudah tau sebenarnya namun Juna sedikit kaget karena Kak Kyra kemari dengan menggunkan masker, untung saja tidak Juna lempar dengan bantal.
"Kakak ngagetin"
"Maaf" Kak Kyra kemudian berjalan menaiki kasur Juna yang juga da Juna disana, dengan santai sambil menepuk nepuk pelan wajah yang ditempel masker itu ditemapt tidur Juna. Kakak Juna yang satu ini memang santai sekali walaupun dikamar adik laki laki nya yang sudah besar. Ya, Juna juga tidak mau ngapa ngapain sama Kakak, gila saja.
"Mau apa?"
"Bikinin mie dong Jun tolonggg"
"Bikin sendiri sih" Kata Juna yang masih saja melanjutkan game yang sedang seru sekali ini.
"ih kan kamu tau aku gabisa, tolong lah ngidam banget ini aku" Ucap Kak Kyra sambil merengek, dasar nya memang Juna itu kayak Ayah. Bucin banget kalo sudah sama Bunda dan Kakak, kayak nggak bisa bilang nggak. Padahal Juna juga seneng banget kalo Kak Kyra ngambek, tapi disaat kayak gini Juna suka milih pasrah buat jalan kedapur bikini Kak Kyra mi goreng.
"Pake telor gak?"
"Pake.. Nanti bantuin makan sekalian ya hehe" Jawab Kak Kyra saat Juna sudah bersiap akan memasak namun menunggu game yang ada ditangan Juna kalah baru akan membuat makanan.
"Ih sana cepet... Sini deh game nya kakak yang main"
"Jangan kalah"
"Enak aja, gini gini aku jago main game apa aja. Udah kamu mending bikinin kakak indomi. Urusan ini biar Kakak yang handle. Udah sana" Juna hanya pasrah sambil berdoa agar game nya tidak kembali menuju level lebih rendah lagi ketika kakak nya yang memainkan.
Juna sedang menunggu air mendidih dengan membuka bungkus bumbu mie kedalam mangkuk yang akan digunakan. Lalu Juna melihat Bunda nya yang baru saja keluar kamar berjalan kearah dapur, Bunda Nampak sibuk memperbaiki jubah tidurnya sampai tidak melihat Juna yang memperhatikan Bunda daritadi.
"Dek, kamu ngagetin Bunda" Kata Bunda setelah sampai dapur, ternyata Bunda ingin minum air putih dari dispenser hangat. Iya itu kebiasaan Bunda, Bunda tidak bisa minum air dingin, katanya buat badan semakin gendut. Juna juga tidak tahu itu benar atau salah.
"Kamu masak mie?"
"Buat Kakak Bun, tapi Juna juga laper hehe"
"Kenapa nggak makan yang banyak tadi kalau masih lapar?"
"Laparnya barusan Bun" Bunda hanya diam sambil bersandar di meja makan yang tidak jauh dari Juna. Bunda kelihatan melamun, Bunda punya masalah dengan Ayah? Kenapa Bunda kelihatan nya sedih?
KAMU SEDANG MEMBACA
What's wrong with my family?
FanficAnak bungsu. Itulah takdir yang aku terima, tidak ada yang salah aku menyukai nya. Memiliki kakak perempuan yang bawel mirip burung beo. Lalu memiliki orang tua yang super duper ribet, tapi aku menyayangi mereka. Sepenuh dan segenap hati saya -Juna