Penyakit Kakak - Part 14

964 184 11
                                    

Anak perempuan sulung yang sedang duduk disebelah sang ayah sedang asik melihat pemandangan jalan kota yang sudah mulai padat. Senyum nya seakan menyapa seluruh orang yang melewati mobil hitam berkelas itu, namun pemandangan ini sangat mengganggu bagi sang bungsu yang berada dibelakang kakak nya. Rasa kesal seperti beriringan dengan senyuman manis sang kakak.

"Kenapa sih kak, seneng banget" Celetuk sang ayah yang sibuk melengkapi file kantor yang ada dipangkuan nya. Mereka memang sedang berangkat menggunakan supir hari ini. Biar terlihat kaya, begitu kata ayah nya. Ternyata dibalik itu semua ayah nya belum menyelesaikan kerjaan kantor.

Kyra menggeleng singkat, lalu kembali melihat kearah jendela. Ia memegang erat kotak makanan yang untuk kali ini spesial ia siapkan sendiri. Bunda nya tadi pagi sampai sedikit kaget melihat Kyra sudah berkutat didapur sebelum dirinya.

"Adek nanti jadi sparing?" Tanya sanga ayah kepada si bungsu.

"Jadi, yah!"

Ayah anak-anak itu sedikit membenarkan kacamata yang bertengger dihidung tegas nya. "Motor adek nanti mau dianter ke sekolah?"

Oh iya! Soal motor, mungkin sudah termasuk motor buntut jadi motor milik Juna sering sekali masuk bengkel. Juna tidak mau mengganti motornya dengan alasan masih sayang, padahal ia mau nambah motor saja bukan tukar motor. Iya biar kere bisa koleksi motor.

"Boleh, emang gak papa yah?"

"Ayah nanti bisa telfon bengkel nya. Atau kamu mau dijemput bunda aja? Sama kakak sekalian"

"Aku nggak pulang sama adek kok, yah. Aku pulang sama temen yang lain" Potong Kyra sebelum sang adik bungsu membuka mulutnya. Juna sebenarnya sangat tidak suka penyakit kakak nya yang satu ini, terlalu percaya diri.

Juna memutuar bola matanya, walaupun Juna tidak diberitahu. Sang kakak pasti berharap pulang bersama laki-laki yang sudah seminggu ini berhasil dekat dengan kakak nya. Ia cinta pertama sang kakak, bang Bian.

"Jadi terserah adek, mau naik motor atau dijemput bunda" Lanjut kakak membuat sang ayah melihat kearah sang bungsu.

"Boleh deh, yah. Nanti anterin motor nya ke sekolah. Biar adek pulang sendiri, kasihan bunda kalau suruh jemput"
Ayah kemudian memberikan jempol nya yang sudah terselip bulpen disana tanda ia mengerti kemauan anak nya.

**
"Kak...."
Mereka baru saja turun dari mobil ayah nya, kemudian berjalan beriringan masuk kedalam sekolah. Ini memang kejadian langka, karena biasanya Juna akan langsung banting setir menuju kantin disebelah kanan. Dan Kyra akan berjalan lurua untuk masuk kedalam kelas.

"Apa?"

"Nanti kalau bang bian gak anter, pulang sama siapa? Aku ada keperluan selepas pulang sekolah"

Kyra hanya menggeleng, ia menggibaskan tangan nya kearah Juna.
"Gak mungkin juga kak bian biarin aku pulang sendirian, udah kamu urusin urusan kamu aja. Sampai ketemu dirumah, jelek!" Kyra menjulurkan lidahnya lalu berlari meninggalkan Juna.

Dari kemarin ketika kakak nya menceritakan akan bersama dengan Bian entah kenapa Juna serasa mempunyai firasat yang buruk. Juna juga tahu, walaupun Bian tidak suka dengan kakak nya. Ia tidak akan mungkin melakukan hal buruk kepada kakak nya, Bian lelaki yang gentlemen tapi entahlah perasaan ini selalu terjadi ketika penyakit kakak nya kambuh, ia penyakit kegeeran!

Juna merasa kakaknya itu terlalu polos, mengira semua orang yang didepan baik sudah pasti akan baik bagaimanapun. Itu sangat buruk, sebagai manusia sudah seharusnya kita harus berhati-hati dengan manusia lain, harimau saja bisa memakan kawanan nya sendiri jika sudah tidak ada makanan. Apalagi manusia?

What's wrong with my family?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang