Bab 3

1.4K 67 18
                                    

"Bu, kenapa kita nggak minta bantuan sama Boss ayah aja?" Mentari berbisik kepada ibunya, mereka sedang duduk di bangku depan kamar rawat ayahnya. Sementara Revan dan Bayu masih berada di dalam bersama Irfan.

"Hush. Ayah kamu cuma supir, masa minta bantuan sebanyak itu? 200 juta lho, itu bukan uang yang sedikit." Irma menghela nafas, sekarang dia hanya bisa pasrah dengan keadaan suaminya.

"Tapi kita kan belum mencoba. Namanya juga usaha."

Ceklek.

Pintu terbuka, Irfan dan kedua pria tadi keluar dari ruang rawat Ahmad.

"Kami permisi dulu Bu. Ini ada sedikit bantuan dari perusahaan." Bayu memberikan sebuah amplop kepada Irma.

Irma menerima amplop itu. "Terima kasih banyak Pak."

"Sama-sama." Revan tersenyum tipis kepada Irma, lalu melirik Mentari sejenak.

Revan dan Bayu pun berpamitan karena masih banyak pekerjaan yang harus mereka lakukan di kantor.

"Bu, aku mau ke kantin dulu," ucap Mentari.

Irma pun mengangguk seraya masuk ke ruang rawat suaminya bersama Irfan.

"Pak, tunggu dulu." dengan terengah-engah Mentari menghentikan Revan dan Bayu yang sudah berada di pakrkiran.

"Ada apa?" tanya Bayu.

"Boleh saya bicara sebentar." Mentari meremas jemarinya dengan gugup.

Bayu melirik Revan, meminta persetujuan atasannya itu.

"Bicara saja," ucap Revan datar.

"Saya--saya mau meminjam uang untuk operasi ayah." Mentari menatap Revan dengan sendu, bagaimanapun ini satu-satunya cara mendapatkan uang untuk operasi ayahnya.

"Berapa?" tanya Revan.

"Dua--dua..." Mentari merasa gugup mengatakan nominal uang yang ingin dipinjamnya.

"Dua puluh juta?" sela Revan.

"Dua ratus juta Pak."

"Hmm... Lalu bagaimana cara kamu membayarnya?" Revan tetap saja seorang pembisnis yang memikirkan untung dan rugi.

"Saya bisa kerja untuk Bapak. Saya bisa masak, mencuci dan membersihkan rumah Anda." Mentari mengusap sudut matanya, dan menatap Revan dengan penuh harapan.

"Kasih aja. Kasihan," bisik Bayu pelan.

Revan tersenyum miring seolah mendapatkan sebuah ide. Revan memajukan tubuhnya dan sedikit membungkuk untuk mensejajarkan diri dengan Mentari.

"Bagaimana kalau kamu bayar dengan tubuhmu?"

Mentari langsung shock mendengar ucapan vulgar dari Revan, sama halnya dengan Bayu yang juga tersedak ludahnya sendiri. Apa temannya sedang mabuk?

"Gila!" Mentari hampir saja memukul Revan, tapi dengan cepat menyadari kalau pria ini adalah majikan ayahnya.

"Kalau kamu setuju, sekarang juga saya transfer uang 200 juta."

Mentari mengigit bibir bawahnya.

"Tapi kalau tidak ada yang mau dibicarakan lagi, saya permisi." Revan memberi kode kepada Bayu agar masuk ke mobil.

"Tunggu..." Mentari menarik ujung jas Revan.

"Apa hanya itu persyaratannya?" tanya Mentari.

Revan tersenyum tipis.

"Bay, transfer uang 250 juta sekarang juga. Mana nomor rekening kamu?"

Mentari dengan gemetar mengambil Hp-nya dari saku celana, lalu memberikan nomor rekening kepada Bayu.

15. Choice! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang