Bab 5

1.4K 61 27
                                    

Cukup lama Irma berdiri didepan pintu kamar putrinya, sejak tadi dia menahan diri agar tidak menangis di hadapan Mentari. Sudah cukup Irma membebankan masalah operasi ayahnya, sekarang dia harus memberikan dukungan dan semangat kepada putrinya agar bisa bekerja dengan baik di Turki nanti. Tentunya agar Mentari bisa cepat kembali ke rumah dan berkumpul lagi bersama dengan mereka.

Tok... Tok... Tok.

"Masuk," seru Mentari.

Pintu terbuka, Irma memaksakan diri untuk tersenyum.

"Lagi apa?" tanya Irma seraya mendudukan diri di tepi ranjang.

"Lagi beres-beres aja Bu." sahut Mentari tanpa menoleh kepada ibunya.

Waktu di rumah sakit, keluarga mereka sudah membahas tentang kepergian Mentari ke Turki.

"Kamu nggak apa-apa kan harus kerja jauh begitu?"

"Nggak lah Bu. Lagian gajinya lumayan besar dan hidup aku juga akan ditanggung perusahaan." sahut Mentari.

"Jadi ibu dan ayah jangan khawatir. Aku pasti baik-baik aja disana." tambah Mentari.

Irma menyentuh pundak Mentari, lalu membalikkan tubuh putrinya itu agar bisa melihat Mentari sepuasnya sebelum besok pergi dari rumah ini.

Mata Mentari terlihat merah dan sembab, sejak pulang dari rumah sakit dia hanya mengurung diri dan menangis di kamarnya.

"Maafkan kami..." isak Irma seraya merengkuh tubuh mungil putrinya.

"Bu... Doakan Mentari." Mentari juga menangis tersedu-sedu.

"Maaf Bu... Maafkan anakmu yang sudah berbohong ini." batin Mentari.

Irma mengusap punggung Mentari dengan lembut, hati Irma dipenuhi rasa bersalah karena membuat masa depan putrinya hanya menjadi OB saja.

Malam ini, ibu dan anak itu hanya bisa berpelukan sambil menangis. Tidak ada kata yang diucapkan, air mata keduanya sudah menunjukkan betapa pilunya sebuah perpisahan antara orang tua dengan anaknya.

***

Revan menghirup nafas beberapa kali sebelum keluar dari mobilnya.

"Aku pasti bisa membujuknya." gumam Revan, lalu mengambil sebuah buket bunga yang ada di kursi belakang pengemudi.

" gumam Revan, lalu mengambil sebuah buket bunga yang ada di kursi belakang pengemudi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Revan keluar dari mobil lalu melangkah masuk ke pintu utama.

"Sayang, tumben pulang jam segini?" Lili menghampiri suaminya yang baru pulang bekerja.

Revan mengeluarkan buket bunga yang dia sembunyikan dibelakang punggungnya.

"Ta--da..."

15. Choice! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang