Bab 7

1.2K 63 8
                                    

Double up🔥 21+

"Tunggu di dalam. Aku akan bicara dengan Bayu." Revan membuka pintu mobil untuk Mentari, setelah itu Revan berbalik menghampiri Bayu yang sedang bersandar disamping mobilnya.

"Lo yakin nggak mau pake supir?" tanya Bayu.

"Iya, gue nggak mau lebih banyak lagi orang yang terlibat dalam hal ini." tegas Revan.

"Jadi Lili udah setuju tentang kalian akan mengadopsi anak?"

Revan mengangguk dan tersenyum tipis.

Flashback on

Revan menghela nafas saat Lili tidak menjawab pertanyaannya, mungkin istrinya itu memang tidak ingin mereka mengadopsi anak.

"Maaf sayang. Aku hanya ingin melindungi kamu. Aku nggak mau keluarga kita selalu menekan kamu agar segera hamil." Revan mengecup puncak kepala Lili cukup lama.

Lili perlahan membuka matanya dan mendongak menatap wajah sang suami.

"Maafkan aku. Ini semua karena kekurangan ku." lirih Lili.

"Ini bukan salah kamu. Semua sudah kehendak Tuhan."

"Aku akan menuruti semua keinginan kamu. Kita akan mengadopsi anak seperti yang kamu katakan tadi," ucap Lili seraya mengeratkan pelukannya pada tubuh Revan.

"Kamu yakin?"

"Aku akan melakukan apapun, asalkan aku tetap bisa bersamamu." sahut Lili.

"Terima kasih sayang. Kita akan membahas ini lagi nanti, sekarang tidurlah." Revan mengecup dahi Lili seraya tersenyum tipis.

Flashback end

"Dan lo yakin dia bisa hamil?" Bayu menatap kearah Mentari yang sedang menunggu didalam mobil.

"Gue kan udah bawa dia periksa kesehatan kemarin. Dokter juga bilang rahimnya bagus dan nggak ada masalah."

"Gue cabut dulu, takut kemaleman sampai disana." tambah Revan.

"Oke. Good luck, bro."

Revan mengangguk dan berjalan kembali ke mobilnya.

"Kita mau kemana?" tanya Mentari penasaran. Tidak mungkin kalau Revan akan membawanya pulang kerumah pria itu, bisa-bisa Mentari dilabrak istrinya.

"Rumah kita." Revan melajukan mobilnya, meninggalkan masjid tempat mereka melakukan akad nikah tadi.

"Rumah kita?" ulang Mentari di dalam hati. Kalau saja yang mengatakan hal itu adalah pria dia cintai, mungkin saja Mentari akan bahagia. Tapi yang mengatakannya malah pria yang sudah beristri dan lebih parah lagi sekarang sudah sah menjadi suaminya.

Mentari menatap pemandangan dari kaca jendela mobil, sepertinya mereka akan keluar dari jalur jalanan kota ini. Ya... Tentu saja Revan tidak mungkin menyembunyikan dirinya di kota ini, ada banyak orang yang mengenal dia dan pria itu disini.

"Kamu capek?" tanya Revan tanpa menoleh, karena fokus mengemudi.

"Sedikit." jawab Mentari. Yang melelahkan tentu saja baju kebaya dan juga sanggulnya. Seharusnya tadi dia mengganti baju lebih dulu, agar bisa bergerak lebih leluasa.

"Sabar saja. Sebentar lagi kita sampai di rumah."

Mentari hanya diam tak menjawab, dia terlalu lelah dan juga mengantuk. Sudah hampir dua jam mereka melakukan perjalanan ini.

Revan mengemudi dengan tenang saat sudah memasuki kawasan perumahan elit yang ada di kota B.

"Wow... Ini perumahan para penjabat ya?" Mentari menatap kagum barisan rumah-rumah yang mereka lewati.

15. Choice! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang