Bab 15

1.3K 70 30
                                    

Warning! Ada sedikit 21+🤣

"Kamu bosan dirumah? Nanti malam kita jalan-jalan, sekalian ke supermarket beli stok makanan," ucap Revan.

"Ajak Bu Darsih?"

"Terserah kamu, kalau kamu memang mau mengajaknya juga tidak masalah." Revan mengusap pipi Mentari, keduanya masih betah berada diatas tempat tidur. Saling berhadapan dan mengobrol ringan, setidaknya Revan bisa menyalurkan rasa rindunya selama seminggu kemarin.

"Diajak aja ya, kasihan kalau sendirian dirumah."

Revan tidak menanggapi, sekarang fokusnya hanya ingin menatap wajah cantik dan menggemaskan Mentari.

"Mas kenapa? Kok dari tadi liatin aku begitu? Apa mata aku belekan?" tanya Mentari seraya meraba wajahnya.

"Aku hanya ingin melihat wajahmu sepuasnya." sahut Revan.

"Mas kenapa sih ngomongnya masih kaku kayak gitu?" gerutu Mentari, padahal dirinya saja sudah bicara santai sejak hari pertama pernikahan mereka.

"Maaf, aku belum terbiasa." Revan tersenyum, lalu mengusap kepala Mentari.

"Sekarang ayo mandi." Revan mendudukkan diri lalu menarik tubuh Mentari dan menggendongnya menuju kamar mandi.

Mentari sudah terbiasa dan tidak lagi protes, dia yakin Revan hanya ingin memandikan dia seperti biasanya. Sayangnya kali ini tebakan Mentari meleset, Revan membalikkan tubuhnya hingga mereka saling berhadapan, dan Mentari duduk tepat diatas kejantanan.

"Mas, mau ngapain?" tanya Mentari panik.

"Kita kan belum mencoba di kamar mandi." Revan menyeringai, melihat wajah panik Mentari semakin membuatnya bersemangat.

Revan meraup bibir Mentari, awalnya Mentari menolak dengan mendorong dada suaminya. Tapi tenaga Revan tidak bisa di remehkan, laki-laki itu mengunci tangannya ke belakang sedangkan tangan satunya menahan dagu Mentari agar tidak bergerak, hingga sekarang Revan bisa dengan leluasa mencium bibir Mentari. Bibir Revan turun menyusuri leher Mentari, memberikan beberapa kissmark di lehernya yang jenjang. Revan lalu beralih ke payudara Mentari, melahapnya dengan rakus.

Mau tidak mau Mentari mendesah kecil, apalagi saat Revan sengaja menggigit putingnya.

"Mas... Jangan digigit!" gerutu Mentari di sela desahannya.

Revan terkekeh. Melihat reaksi Mentari sekarang, istrinya juga pasti sudah terbakar gairah. Revan melepaskan cekalan tangannya, membuat Mentari meremas rambut Revan saat mulut Revan semakin aktif bermain di payudaranya.

Tangan Revan sudah turun menyentuh titik sensitifnya, menyentuhnya dengan gerakan pelan yang semakin membuat Mentari kegelian.

"Ungh... Mas..." leguh Mentari, tubuhnya melengkung ke belakang membuat payudaranya yang indah membusung ke depan. Revan tahu kalau Mentari pasti sudah mendapat pelepasannya. Tanpa menunggu lagi, Revan mengangkat tubuh Mentari lalu memposisikan kejantanannya tepat didepan inti kewanitaan Mentari.

"Aaahhh..." Keduanya mengerang saat inti mereka saling menyatu. Mentari menggigit bibir bawahnya, membuat Revan semakin bergairah dan meraup bibirnya lagi. Tangan Revan mencengkram sudut pinggang Mentari dengan erat, lalu perlahan menaik-turunkan tubuh Mentari.

Revan memejamkan matanya, merasakan setiap kali kenikmatan saat batang kerasnya keluar masuk dari inti kewanitaan Mentari.

"Men--ta--ri... Ssshhh... Ka--mu--be--nar--be--nar nik--mat--Aaahhh." erang Revan terbata-bata.

Hampir satu jam mereka berada didalam kamar mandi, saling menyebutkan nama keduanya dalam gairah cinta yang panas dan membara.

Mentari tidak sanggup lagi mandi sendiri, membuat Revan yang membersihkan tubuhnya.

15. Choice! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang