Bab 4

1.4K 62 24
                                    

"Kamu kenapa?"
Irma menatap Mentari yang dari tadi hanya diam melamun.

"Eh... Aku nggak apa-apa Bu."
Mentari tersenyum simpul kepada ibunya, tidak ingin membuat ibunya khawatir.

"Dokter bilang, bapak akan sadar beberapa jam lagi. Kalau kamu mau pulang, nggak masalah."

"Iya Bu. Aku mau ke butik dulu, mau izin sama Bu Yanti," ucap Mentari.

"Sampaikan juga salam ibu."

Mentari mengangguk lalu mencium tangan ibunya.

Mentari berjalan melewati lorong rumah sakit, pikirannya benar-benar tertuju pada perjanjian yang sudah dia tandatangani kemarin.

"Hah... Lusa aku akan menikah dan akan jadi seorang istri... Istri simpanan." batin Mentari dengan senyum getir.

***

"Selamat pagi Bu." Mentari menyapa Bu Yanti sedang sibuk mengatur letak gaun yang akan dipajang di butik nya.

"Mentari, bagaimana kabar ayah kamu? Apa sudah sadar?" tanya Yanti seraya mengajak Mentari duduk di sofa.

"Ayah masih belum sadar, kemarin baru saja menjalani operasi pemasangan ring jantung."

"Semoga lekas sembuh ya."

"Terima kasih Bu."

"Ehm... Sepertinya saya tidak bisa lagi bekerja disini," ucap Mentari sedih.

"Kenapa?"

"Saya akan bekerja ditempat lain." Mentari tidak memberitahukan dimana dia akan bekerja, karena itu akan menjadi rahasianya sendiri.

"Baiklah. Kalau begitu gaji bulan ini akan langsung ditransfer ke rekening kamu. Terima kasih banyak ya Tari, selama ini kamu sudah bekerja dengan baik," ucap Yanti.

"Kamu bisa kembali bekerja disini kapanpun kamu mau." tambah Yanti.

Mentari merasa terharu dengan kebaikan ibu Yanti.

***

Revan menatap dokumen-dokumen yang ada di atas mejanya dengan malas. Sebenarnya dia juga sangat memikirkan tentang pernikahan dengan Mentari.

"Apa keputusanku sudah benar?" gumam Revan.

"Lo berubah pikiran?" Bayu membuka pintu dan masuk ke ruang kerja Revan.

"Tck! Tentu aja nggak." sahut Revan malas.

"Ini kesempatan yang bagus. Dia terlihat sehat dan tentunya bersih."

"Apanya yang bersih?" sela Bayu.

Melihat Revan yang menyeringai, Bayu langsung meringis.

"Gue yakin dia masih perawan." Revan mengulum senyum.

"Otak Lo mesum." celetuk Bayu.

"Trus kapan lo ngasih tau Lili? Gue nggak yakin dia bakalan setuju sama ide Lo. Buktinya selama ini dia nggak pernah ngomong soal adopsi anak."

"Entahlah... Mungkin dia takut gue yang nggak setuju." timpal Revan.

"Besok setelah menemui orang tua Mentari, bawa dia ke dokter kandungan nyusul gue disana." Perintah Revan.

15. Choice! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang