Bab 19

1.1K 61 23
                                    

Tok... Tok... Tok...

Lili mengetuk pintu ruang kerja Revan.

Tidak lama Revan membuka pintunya dan menatap Lili.

"Masih marah sama aku?" Revan menyentuh pipi Lili dan mengusapnya dengan lembut.

"Maaf ya sayang." Lili lalu mencium telapak tangan Revan.

Revan menarik tekuk Lili lalu mencium bibir istrinya, melumatnya dengan rakus tapi yang dibayangkannya adalah Mentari.

Lili tersenyum saat Revan melepaskan tautan bibir mereka, dia lalu memeluk pinggang suaminya.

"Aku kangen sama kamu... Kangen sama ini juga." Lili mengusap kejantanan Revan yang ada dibalik celana pendeknya.

Revan mengerang pelan, tapi dia sedang tidak bernafsu malam ini.

"Nanti ya sayang, aku lagi capek banget," ucap Revan seraya mencium puncak kepala Lili.

Lili cemberut, hatinya kesal tapi dia memaksakan diri untuk tersenyum. Tidak ada gunanya merajuk, Revan sepertinya juga tidak peduli lagi dengan dirinya.

"Kamu mau dibawain hadiah apa? Nanti aku beli di Turki." Revan merangkul pundak Lili dan membawa istrinya kembali ke kamar.

"Terserah kamu aja sayang. Semua yang kamu kasih, aku suka," ucap Lili.

"Oke. Ayo kita tidur. Aku harus bangun pagi-pagi sekali besok."

Keduanya masuk ke kamar, Revan lebih dulu membaringkan diri diatas tempat tidur. Sementara Lili masuk ke kamar mandi, diam-diam dia mengusap air matanya. Entah kenapa dia merasa sedih sekali saat Revan mengabaikan dirinya.

"Kenapa rasanya sakit sekali." lirih Lili.

"Tidak. Revan pasti hanya kelelahan, karena itu dia bersikap begitu."

Setelah itu Lili keluar dari kamar mandi dan membaringkan diri di samping suaminya, Lili memeluk Revan yang sudah tidur.

"Aku mencintaimu..." Lili mengecup bibir Revan lalu memejamkan matanya, menyusul suaminya yang sudah lebih dulu tidur.

***

Sementara itu di rumah orang tua Mentari, Ahmad dan Irma sedang berbincang berdua. Keadaan Ahmad juga sudah membaik, tapi masih dalam masa pemulihan.

"Kenapa nomor Mentari nggak bisa dihubungi ya?" keluh Irma menatap Hp nya dengan sedih.

"Mungkin dia belum ganti nomor internasional, Bu. Sudah, jangan cemas. Nanti juga dia akan menelpon kita." Ahmad menenangkan istrinya, tapi jauh di lubuk hatinya dia juga khawatir karena putrinya sama sekali belum memberi kabar kepada mereka.

"Ibu harap Tari baik-baik saja."

"Insyaallah Bu. Ayah percaya anak kita pasti baik-baik saja."

"Kalau memang ibu masih khawatir, nanti ayah akan tanya sama Pak Bayu." tambah Ahmad.

Irma tersenyum lembut kepada suaminya. "Nggak usah yah, lebih baik ayah fokus sama kesehatan ayah."

"Irfan mana Bu?" tanya Ahmad.

"Dia lagi keluar sama teman-temannya."

Tidak lama Irfan pun pulang ke rumah.

"Dari mana?" tanya Irma.

15. Choice! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang