Bab 20

1.9K 69 29
                                    

"Nyonya kenapa murung?" tanya Darsih yang melihat Mentari tidak berselera makan.

"Nggak apa-apa Bu."

"Mau saya tambahin sayurnya?" tawar Darsih.

Mentari menggeleng dan melanjutkan makannya.

Sudah dua hari Revan pergi ke Turki dan sama sekali belum menghubungi dirinya, karena itu Mentari sangat kesal.

"Memangnya sibuk banget ya? Sampe nggak sempat telepon ke rumah." gerutu Mentari di dalam hati.

"Nyonya lagi mikirin bapak ya?" goda Darsih.

"Iih... Nggak kok. Aku cuma mikirin menu makanan kita malam ini." kilah Mentari.

"Cie... Yang nggak mau ngaku."

Mentari tertawa mendengar ucapan Darsih.

"Sore nanti saya mau ke toko bunga, kan tempo hari bapak sudah kasih izin buat beli bibit bunga," ucap Darsih.

"Bu, aku boleh ikut?"

"Ya nggak boleh, nanti saya yang di marahin bapak. Kan bapak sudah bilang kalau Nyonya nggak boleh kemana-mana." jawab Darsih.

Mentari hanya bisa menghela napas.

"Nyonya tunggu aja di rumah."

"Iya Bu." Mentari pun menurut.

Setelah makan siang, Mentari pergi ke halaman belakang. Tidak lupa dia membawa HP nya agar dia tahu saat Revan menelpon.

"Awas aja kalo kamu pulang." oceh Mentari.

HP Mentari berbunyi tepat saat dia ingin memasukkan HP nya ke dalam kantong celana.

'Suamiku ganteng' calling...

Mentari tidak bisa menahan senyumnya, lalu dengan cepat menerima panggilan telepon dari suaminya itu.

"Hallo istriku yang cantik." sapa Revan saat Mentari menerima telepon.

"Maaf ya, aku baru sempat menelepon kamu." tambah Revan.

"Nggak apa-apa, Mas."

"Gimana kabar Mas?" tanya Mentari.

"Baik, tapi cukup lelah karena pekerjaan aku masih banyak yang belum selesai."

"Mas udah makan?"

"Ini lagi sarapan. Kamu sendiri sudah makan belum?"

Mentari baru ingat perbedaan waktu disini lebih cepat empat jam dibandingkan dengan Turki. Wajar saja kalau Revan sedang sarapan, karena artinya disana jam tujuh pagi.

"Aku udah makan tadi sama bu Darsih." sahut Mentari.

"Mas kapan pulang?"

"Kenapa? Kamu kangen, heh?" Mentari bisa mendengar Revan tertawa.

"Nggak, cuma nanya aja."

"Hmm... Padahal aku kangen sekali sama kamu," ucap Revan dengan nada kecewa.

"Kalau begitu aku nggak perlu menghubungi kamu."

"Eh tunggu dulu... Gitu aja ngambek. Aku kangen banget sama Mas, makanya nanya kapan Mas pulang."

"Empat hari lagi aku pulang. Kamu mau dibawakan oleh-oleh apa?" tanya Revan.

"Terserah Mas aja."

"Ya sudah, nanti aku cari sesuatu buat kamu. Besok aku telepon lagi ya, ini mau lanjut kerja. Bye istriku sayang."

"Iya Mas."

15. Choice! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang