Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
/Kamira❤️ /
Nanti gue ada eskul
Lo pulangnya mau nunggu dulu apa gimana?
Aku nanti juga ada rapat bentar
Kamu selesai jam berapa?
5 mungkin
Aku paling jam 4 udah selesai
Aku tungguin aja deh kalo gitu
Oke
Chika segera mematikan ponselnya sebelum guru di depan sadar kalau ia sedang tidak mengerjakan tugas yang sudah diberikan. Lalu kembali mengerjakan soal-soal matematika yang menguras otak itu.
Beberapa menit kemudian, dia teringat sesuatu yang sejak beberapa hari yang lalu belum sempat ia tanyakan kepada Muthe.
"Muthe?" panggilnya pelan, berhati-hati agar tidak terdengar guru.
"Hm?" gumam gadis itu tanpa menoleh, masih fokus pada deretan angka-angka di bukunya.
"Yang ngasih tau Kak Mira kalo gue ultah itu lo, ya?"
"Iyalah, siapa lagi?"
Chika terkekeh pelan, padahal tanpa bertanya pun harusnya dia sudah tau. Ya siapa lagi kalau bukan Muthe? Orang teman yang dia punya hanya gadis itu saja.
"Emang lo tuh sahabat gue banget, sayang Mumu," ucap Chika sembari merangkul lengan Muthe erat.
Muthe langsung melepas rangkulan Chika kemudian menatap gadis itu tajam. "Gue gak mau tau, pokoknya lo harus traktir gue makan seminggu. Gara-gara gue ya lo sekarang jadian sama dia, coba kalo gue gak ngasih tau, pasti sampe sekarang lo masih jomblo," jelas Muthe, membuat wajah Chika berubah masam.
"Sahabat apaan lo, nolongin sahabatnya sendiri tapi minta imbalan gini."
Muthe mengibaskan tangannya, tidak peduli dengan ucapan gadis itu. "Bodo amat, Chika. Gue sayang sama lo, tapi gue lebih sayang makanan."
***
Rapat OSIS yang Chika ikuti baru saja selesai. Dia menatap jam tangannya, masih pukul empat lewat lima belas menit. Setelah membereskan barang-barangnya, Chika segera keluar dari ruang OSIS dan berjalan ke arah lapangan.
Ia mengernyit heran ketika melihat banyak sekali siswa-siswi tengah berdiri di pinggir lapangan. Padahal sekarang sudah melebihi jam pulang sekolah. Chika mengalihkan tatapannya, mengikuti arah pandang siswa-siswi itu.
Detik berikutnya darahnya berdesir, ia tau kemana arah pandang mereka. Ditambah dengan bisikan-bisikan yang masih dapat Chika dengar, membuat kedua tangannya terkepal.