Part 20 [END]

7.4K 539 110
                                    

Tidak ada yang bisa memprediksi masa depan, pada awal memang Mira hanya menganggap Chika sebagai seorang adik kelas manja, kekanak-kanakan, dan sedikit lemot

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak ada yang bisa memprediksi masa depan, pada awal memang Mira hanya menganggap Chika sebagai seorang adik kelas manja, kekanak-kanakan, dan sedikit lemot. Tapi siapa yang menyangka kalau sekarang gadis itu malah menjadi salah satu sosok yang paling penting dalam hidupnya.

Jika dipikir-pikir lagi, Mira sendiri juga tidak tau kenapa dia bisa tiba-tiba jatuh pada pesona Chika. Dia benar-benar tidak tau apa yang membuatnya bisa sejatuh-jatuhnya pada gadis yang sedang berada di belakangnya sekarang ini.

Seperti biasa, Chika selalu memeluknya dari belakang ketika sedang mengendarai motor. Hari ini, mereka berencana untuk pergi ke rumah Mira.

Awalnya dia tidak menyetujui itu. Iya, Mira malu kalau harus membawa gadis itu bertemu dengan Mamanya, karena sebelumnya dia tidak pernah membawa orang lain selain Ara ke dalam rumahnya. Tapi karena Chika terus memaksa hingga mendiaminya selama dua hari, akhirnya Mira menyetujui permintaan gadis itu.

Chika terlihat bersemangat, senyumnya sedari tadi tidak pernah luntur, meskipun dalam hati Chika juga merasa sedikit berdebar-debar. Karena ini pertama kalinya dia pergi ke rumah Mira sekaligus pertama kalinya juga dia bertemu dengan ibu gadis itu.

Selama kurang lebih tiga puluh menit perjalanan, mereka akhirnya sampai di sebuah rumah yang didominasi oleh warna abu-abu, dengan pagar hitam yang menjulang tinggi.

"Tolong bukain pagernya," perintah Mira. Chika menurut, ia turun dari atas motor kemudian berjalan ke depan untuk membuka pagar hitam itu.

Setelah terbuka, Mira segera memasukkan motornya ke dalam rumah. Sedangkan Chika kembali menutup pagar.

Chika langsung menghampiri Mira yang baru saja turun dari motor kemudian menggandeng tangan gadis itu dan menarik tangan Mira tidak sabar. Tapi kemudian ia mengernyit heran ketika Mira malah menahan langkahnya.

"Kenapa lagi, sih?" tanya Chika kesal.

"Iya, gue tau lo pengen cepet-cepet ke dalem. Tapi--" Mira menggantungkan ucapannya, kemudian tangannya terangkat untuk melepas pengikat helm gadis itu. "Ini helmnya dilepas dulu kali," lanjutnya sembari terkekeh pelan.

Sedangkan Chika hanya menunjukkan cengirannya. "Lupa."

Setelah selesai menaruh helm itu di atas motor, Mira kemudian menggenggam tangan gadis itu dan mengajaknya untuk masuk ke dalam.

Di ruang tamu, Mama Mira tengah duduk santai sembari membaca majalah kecantikan. Mira langsung melepas genggaman tangannya begitu melihat sosok Mamanya.

"Wah, siapa ini namanya? Tumben banget kamu bawa temen ke rumah, biasanya Ara doang yang sering ke sini," ucap Mama Mira sembari berdiri.

Chika tersenyum kikuk, ia lalu mengulurkan tangannya, berniat untuk menyalami tangan wanita itu. "Nama saya Chika, Tante," jawab Chika dengan tersenyum ramah.

Untitled | Chika-Mira [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang