Chika beberapa kali melirik ke arah sebelahnya, tepatnya ke arah Muthe yang sedang menikmati bekal makan siang. Sejak Chika berdebat dengan teman sebangkunya itu beberapa hari yang lalu, ia dan Muthe tiba-tiba tidak bertegur sapa.
Dan menurut Chika, sekarang adalah waktu yang tepat untuk berbaikan. Karena ia tidak mau jika harus terus-menerus perang dingin dengan sahabatnya sendiri.
"Ehem." Chika kembali melirik Muthe yang masih diam di tempat.
Ia menggeser pelan duduknya agar lebih dekat dengan gadis itu. "Ehem, Muthe," sapanya sembari tersenyum manis.
Muthe menoleh sekilas, sebelum kemudian kembali fokus pada makanannya.
Chika yang tadi tersenyum manis langsung merubah ekspresinya menjadi sedih. Salah satu cara agar Muthe luluh. "Muthe, udahan dong marahnya."
Beberapa detik Chika menunggu respon Muthe, tapi gadis itu tetap saja tidak menggubris.
"Katanya kita temen, sahabat. Masa gara-gara gini doang lo marah sama gue?"
Muthe menghela napas, kemudian menaruh sendoknya dan beralih menatap Chika. "Gue cuman gamau lo sakit hati lagi. Lo belom kenal dia banget Chik, nanti kalo lo disakitin sama dia gimana?"
Tanpa meminta penjelasan pun Chika sudah tau siapa yang dimaksud oleh Muthe. "Dengerin gue ya. Dia gak seperti yang lo pikirin, dia baik. Gue emang baru-baru ini deket sama dia, tapi gue bisa lihat dari matanya kalo dia itu bukan orang yang kayak gitu."
"Percaya sama gue. Gue bisa jaga diri gue sendiri, lo gausah khawatir," lanjut Chika ketika melihat Muthe hanya diam menyimak ucapannya.
Lagi helaan napas panjang keluar dari mulut Muthe. "Yaudah, terserah lo. Gue juga gak bisa maksa perasaan orang 'kan? Kalo emang lo beneran suka, ya udah gue bisa apa? Tapi inget, kalo sampe dia nyakitin lo. Gue orang pertama yang bakal ngelabrak dia."
Chika terkekeh pelan, kemudian merangkul pundak sahabatnya itu. "Iya siap. Tenang aja, gue pastiin omongan gue bener."
***
Kantin sekolah pada jam istirahat seperti ini memang selalu ramai, semua siswa berbondong-bondong untuk membeli makanan yang akan mengisi perut mereka sebelum jam pelajaran kembali dimulai. Sama halnya dengan Mira dan Ara, mereka sedang menikmati semangkok bakso dengan segelas es teh.
Setelah habis, Mira mendorong pelan mangkok baksonya kemudian meminum es tehnya hingga tersisa setengah.
"Jadi gimana?" Ara membuka obrolan.
"Apanya?" tanya Mira sembari membuka bungkus permen karet miliknya.
"Chika," jawab Ara yang membuat Mira berdecak kesal.
"Lo bisa gak sih gausah ngomongin dia terus?" ucap Mira tidak suka. Jenuh dengan Ara yang akhir-akhir ini seolah-olah mencomblangkannya dengan Chika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untitled | Chika-Mira [END]
Fanfiction"Katanya kalau gak sengaja ketemu seseorang sampai tiga kali, berarti jodoh lho, Kak." CERITA INI HANYA KARANGAN DAN FIKSI SEMATA. JADI TOLONG JANGAN BAWA CERITA INI KE DUNIA NYATA. [Warning : GxG]