Part 3

5.3K 563 45
                                    

"Chik, lo mau gak nanti tampil pas ultah sekolah? Lo kan bisa nyanyi sambil main piano

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Chik, lo mau gak nanti tampil pas ultah sekolah? Lo kan bisa nyanyi sambil main piano."

Chika yang sedari tadi hanya menyimak langsung terkesiap. "Gue Kak?" tanyanya sembari menunjuk dirinya sendiri.

"Iya, kita butuh satu orang lagi buat tampil. Lo mau ya? Kan lo juga populer di sini, pasti banyak yang pengen ngeliat lo tampil."

"Tapi Kak, gue gak pernah tampil di atas panggung kayak gitu. Apalagi dilihat orang banyak."

"Gapapa, kan masih bisa latihan. Ultah sekolah masih satu bulan lagi."

Ucapan kakak kelasnya tadi seketika memenuhi otak Chika, ia tidak bisa membayangkan dirinya tampil di depan semua orang. Bagaimana nanti jika ia membuat kesalahan yang akan membuatnya malu seumur hidup? Bagaimana kalau nanti ada yang tidak suka dengan penampilannya? Bagaimana kalau- Chika langsung berdecak kesal sembari mengacak-acak rambutnya.

Ia berhenti di lorong sekolah yang sangat sepi karena jam istirahat belum tiba. Kenapa ia bisa diluar kelas sekarang? Karena dia mendapat dispensasi untuk mengikuti rapat OSIS tentang ultah sekolah yang akan diselenggarakan satu bulan lagi.

Saat sedang asik-asiknya berpikir, seorang guru yang membawa tumpukan buku tiba-tiba memanggilnya untuk mendekat.

"Iya Bu."

"Ini, Ibu minta tolong anterin ke kelas 12 IPS 2 ya, ibu mau ke kamar mandi dulu," ucap guru itu sembari memindahkan tumpukan buku yang ia bawa ke tangan Chika.

Helaan napas keluar dari mulut Chika, ia menatap malas tangga menuju kelas 12 yang berada disebelah kanannya. Rasanya sangat malas untuk sekedar menaiki anak tangga yang jumlahnya sekitar 12 anak tangga itu. Tapi karena Chika tidak mau dicap durhaka karena tidak mau membantu gurunya sendiri, mau tidak mau ia harus melaksanakan perintah gurunya itu.

12 IPS 2

Begitulah yang tertulis pada papan kecil yang berada di atas pintu berwarna putih di hadapannya. Dari luar sudah terdengar suara-suara ramai yang berasal dari kelas tersebut. Chika menarik napas, kemudian tangannya terangkat mengetuk pintu itu sebanyak tiga kali.

Suara gaduh itu kemudian hilang berganti dengan suara sunyi. Tangan Chika perlahan membuka pintu, detik kemudian adalah detik tersialnya. Karena jika tau akan seperti ini, mungkin ia tidak akan mau menuruti perintah gurunya tadi. Masa bodoh dianggap durhaka sekalipun.

"Eh Chika, nyariin Badrun ya?"

Belom sempat Chika membalas, gadis yang duduk di dekat pintu itu sudah kembali membuka mulutnya.

"Drun, dicariin Chika nih. Katanya mau ngajak balikan."

Sorakan langsung terdengar, siapa yang tidak akan mendengar suara gadis itu yang sudah seperti toa masjid.

"Widih Badrun enak banget diajak balikan bidadari."

"Apaan sih, diem lu pada." Vivi yang menyadari Chika tidak nyaman pun langsung angkat bicara.

Untitled | Chika-Mira [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang