Gak terasa seminggu lagi ujian semester,yang berarti ia akan naik ke kelas 12. Hari ini semua orang sibuk menyiapkan bahan untuk ujian nanti. Ralat lebih tepatnya hanya kutu buku yang akan belajar selebihnya main main.
Seperti Kinara dan sohibnya, para gadis itu kumpul di meja Vara. Vio yang sangat fokus dengan buku bacaannya, Jihan dan Hani yang sibuk berdiskusi tentang jawaban mana yang benar dan dini yang masih sibuk dengan hafalan surohnya. Sedangkan Kinara, Vara, Vicha, Dan Tasya membahas novel yang akan keluar nanti.
Tidak heran dengan Kinara yang sama sekali tidak pernah fokus saat belajar di kelas apa lagi keadaan ramai.
" Lo berempat gak belajar? Sebentar lagi ujian semester dan lo semua gak bisa nyontek. Yang bisa nyelamatin lo adalah diri lo sendiri." jelas Vio.
Omongan Kinara berhenti, kini wajahnya beralih ke Vio. "Gue belajar tapi nanti dirumah disini mana fokus gue bukannya masuk ke otak malah ngeblank yang ada."
"Gue ntar aja deh pas mau hariannya biar gak ngelag. Lo tau kan otak gue gimana." Ujar Tasya
"Lo semua tuh harus belajar ingat sebentar lagi kita kelas 12 dan setelah itu lulus. Banyak lagi yang harus lo kejar hidup gak melulu dengan senang-senang. Gue ngomong gini karna gak mau sohib gue gagal di masa depan nanti!!"
Mereka semua diam mendengar ucapan Vio yang sangat benar. Hidup emang tidak tentang senang-senang terus. Ada cita cita yang harus mereka gapai dan ada orang tua yang harus mereka banggakan itu butuh persiapan yang sangat matang. Dan itu semua harus mereka siapkan dari sekarang.
Guru fisika masuk dan mereka semua balik ke tempatnya masing masing. Fisika pelajaran yang paling Kinara benci udah lah susah dan itu membuat darah Kinara naik.
Selama pelajaran berlangsung Kinara hanya pura pura mendengarkan dan mengangguk sesekali ketika di tanya paham atau tidak. Bahkan ia harus merubah mimik wajahnya menjadi serius agar guru percaya dan ia tidak perlu maju untuk mengerjakan soal yang di papan tulis itu.
Dua jam lamanya mereka belajar fisika dan sekarang mereka bisa tenang karna sudah siap. Sedari tadi Tasya menggerutu bahwa pelajarannya sangat susah dimengerti. Wajar saja cara belajar mereka itu sangat kuno mengingat guru yang mengajar mereka itu sudah tua, dan tunggu pensiun saja.
"Kantin gak nih?" Tanya Tasya kepada sohibnya.
Vicha menggeleng pelan"Gue gak deh mager banget!"
"Lo semua?"
"Gak, mager juga" jawabnya kompak.
"Huft okedeh" Tasya menghela nafasnya dan duduk kembali.
"Btw Han lo sama Aldo gimana? Baik baik aja kan?" Ujar Hani memulai obrolan.
Yang di tanya pun mengangguk dan tersenyum manis. "Baik kok, sumpah deh Aldo tuh sweet parah gue kadang mau meleleh aja rasanya"
Tasya menoyor kepala Jihan. "Lebay lo ah biasa aja kali ntar putus nangis lo"
Jihan melotot kesal, dasar temen laknat bukannya bicara yang bagus agar sohibnya ini senang. Malah bicara ngasal, lagi pula bukankah ucapan itu adalah doa? Mungkin kalau itu benar terjadi Jihan akan menyalakan Tasya karna omongannya yang gak bagus itu.
"Lo gimana Var? Arga kayanya ngebet banget sama lo" tanya Vicha gantian.
Vara mengerutkan alisnya. "Gimana apanya? Gue gak ada apa apa sama tuh anak"
"Gengs gue butuh saran" ujar Kinara pelan bahkan sangat pelan.
"Kenapa?". Balas Vio.
Kinara bertopang dagu." Lo semua kan tau gue suka Naufan"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintai Dalam Diam
Teen FictionApa cinta harus memiliki? Apa cinta harus tentang mengiklaskan? Apa aku tidak berhak mendapatkan cintamu? Apa aku salah telah mencintaimu? Apa mencintaimu harus sesakit ini? Ini kisah seorang gadis bodoh yang mencintai seseorang dengan begitu tulu...