The Sameness Within The Change |33| |For Us|

4.8K 372 11
                                    

Hai readers!

I'm back!

Don't forget to vote, comment, and share ya!

Happy reading!

Thank you!

***

Setelah memastikan keadaan jalanan di hadapannya cukup lenggang, Allard menatap adiknya sekilas. "Kenapa cemberut seperti itu?"

Veila berdecak. Ia memutar tubuhnya menghadap sang kakak. "Aku tidak mengerti dengan Cedric. Dia tidak menghubungiku, bahkan setelah postingan-postingan kemarin. Lalu pagi ini, bukan dia yang mengantarku," ucapnya menggebu.

Allard tersenyum miring. "Merindukannya?"

Alis Veila bertaut. Ia kembali duduk dengan manis di kursinya sambil mengalihkan tatapan keluar jendela. "Kita mau ke mana, Al?" tanyanya, karena jalan yang mereka lalui berbeda dengan jalan ke VH Hotel.

"Mengalihkan pembicaraan," gumam Allard menyindir Veila.

Veila kembali berdecak. "Aku diam," ucapnya sebelum menutup rapat mulutnya.

"Hoho, kamu tidak lupa ingatan kan, Al? Aku sudah lulus kuliah dengan predikat terbaik." Veila menatap Allard dengan tidak percaya beberapa saat kemudian. Pasalnya, saat ini Lamborghini Allard memasuki kawasan universitas tempat Veila berkuliah dulu.

"Katanya diam? Hanya bertahan tujuh menit?" Allard menggerling menggoda pada adiknya.

Veila mengabaikan godaan kakaknya. "Tidak lupa ingatan ternyata. Lalu kenapa kita ke sini, Al?"

Mata biru Allard menatap Veila penuh arti. "Kamu akan mengetahui jawabannya sebentar lagi, Sister."

Beberapa saat kemudian, mobil Allard berhenti di depan gedung yang sangat Veila kenali. "Tempat ini? Bukankah ini-"

Cklek.

Sebelum Veila menyelesaikan kata-katanya, Allard keluar lalu mengitari mobilnya dan membuka pintu untuk Veila.

Veila melangkah keluar. "Al," ucapnya bingung begitu Allard menggandengnya ke dalam.

Allard memegang kedua bahu Veila dari belakang kemudian mendorongnya. "Ikuti saja."

Veila menoleh ke belakang. "Kamu tidak bekerja?"

Allard berdecak pelan. "Dengarkan kakakmu ini, Sister," sahutnya sebelum mengiring Veila ke dalam lift.

Veila menurut kepada Allard. Mata birunya menyusuri seluruh penjuru lift. Ia merasa deja vu. Ia dan Cedric sering menaiki lift ini, terutama untuk menuju tempat rahasia mereka di atas sana.

Melihat tombol-tombol yang berada di ruangan besi tersebut, Veila tersenyum. Tidak sekali pun Cedric membiarkan Veila menyentuhnya jika mereka bersama. Cedric yang akan menekan tombol-tombol tersebut.

Veila melangkah mundur dan mendekatkan diri pada Allard ketika pintu lift terbuka, disusul masuknya beberapa mahasiswa. Senyum Veila melebar. Ingatannya kembali melayang pada masa-masa kuliahnya. Begitu lift hampir penuh, Cedric akan memojokkannya ke lift dan menutupi tubuh Veila, seakan ingin melindungi wanita itu dari orang lain. Ya, Cedric Wood sungguh protektif.

Veila terus mengingat masa-masa kuliahnya bersama Cedric dan bersama Allard pula sebelum pria itu lulus dua tahun lebih dulu. Bahkan karena sibuk melamun, Veila tidak menyadari bahwa satu persatu mahasiswa telah keluar dan lift telah sampai di lantai teratas.

The Sameness Within The Change [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang