The Sameness Within The Change |3| |Always Her|

9.2K 731 26
                                    

Hai readers!

I'm back!

Don't forget to vote, comment, and share ya!

Happy reading!

Thank you!

***

Tangan putih itu mencengkram erat pintu mobinya yang disetir sopir ketika mata birunya mendapati seorang wanita bersurai blonde turun dari taksi. Jantungnya berdetak kencang, takut akan kenyataan yang ada.

Atas saran Allard, satu hari setelah kepergian Cedric, maka di sinilah Veila. Di dalam mobil mewahnya yang terparkir di depan sebuah kafe yang cukup terkenal, untuk menemui Bella.

Veila menghela nafas. "Saya keluar dulu, Sir," ucapnya sopan pada sopirnya.

"Silahkan, Miss. Saya menunggu di sini."

Setelah sopirnya menyahut, Veila keluar dari mobilnya dengan penuh percaya diri, tidak ingin terlihat seperti seseorang yang baru putus cinta.

"Selamat datang, Miss," sapa seorang waiter yang membukakan pintu untuknya.

Veila mengangguk singkat. Mata birunya yang dibalik kacamata hitam menyusuri kafe yang cukup padat itu.

Satu alis Veila terangkat saat mendapati wanita berambut blonde mengangkat tangannya. Bella, wanita yang dicium Cedric, serta wanita yang meminta Veila bertemu. Itulah satu hal yang sangat Veila syukuri, Bella memintanya bertemu sebelum dirinya meminta wanita itu.

Veila duduk dengan cuek lalu melepas kacamata hitamnya. Secara otomatis, ia menatap cappuccino yang sudah tersuguh di hadapannya.

Mata hitam Bella mengikuti arah tatapan Veila. "Oh, aku sudah memesankanmu minuman. Tidak masalah kan?"

Veila menggedikkan bahunya cuek. "Ada apa meminta bertemu denganmu? Bukankah kamu tidak menyukaiku karena terlalu dekat dengan Cedric?" tanyanya sebelum menyeruput cappuccinonya.

Bella tersenyum miring. "Karena itu, aku memintamu bertemu."

Veila kembali mengangkat satu alisnya.

"Kejadian di hari kelulusan kita tidak seperti yang kamu lihat, Ms. Hernadez," lanjut Bella dengan suara penuh kemenangan.

Veila meletakkan minumannya lalu menyandarkan tubuhnya. "Aku pikir tidak ada alasan bagimu untuk menjelaskannya, Ms. Carter." Bibir Veila membentuk senyuman miring. "Perlu aku ingatkan, jika aku tau itu sekadar salah paham, maka itu akan berdampak baik bagi hubunganku dan Cedric—"

"Aku tau," sahut Bella langsung. Wanita itu tersenyum kecut. "Aku sakit hati dengan alasan Cedric, Vei." Ia mengernyit, "terlebih, dia hanya menggunakanku dan perasaanku."

Alis Veila bertaut. Jadi, semua ini benar-benar salah paham?

"Benar, itu semua salah paham. Cedric tidak menciumku maupun menyukaiku, bahkan sedikit saja," lanjut Bella dengan sarkas seakan mengetahui isi pikiran Veila.

The Sameness Within The Change [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang